Pages

Saturday, December 31, 2011

Pria Kaya dan Harta Warisannya


Pada suatu kali, hiduplah seorang pria yang memiliki banyak harta di seluruh Amerika Utara. Kekayaannya tak ternilai jumlahnya. Ia memiliki rumah seharga jutaan dolar, tanah, barang antik dan bahkan ternak. Tapi meskipun di luar ia memiliki semua, di dalam dirinya ia merasakan kesedihan. Istrinya sudah tua, dan mereka tetap tak punya anak. Padahal ia selalu menginginkan anak kecil agar ada yang dapat melanjutkan warisan keluarga.

Ajaibnya, di saat sudah putus asa, setahun kemudian istrinya hamil, dan berhasil melahirkan seorang anak kecil. Anak itu cacat, tapi pria tersebut mencintainya dengan segenap hatinya. Ketika anak tersebut berusia lima tahun, ibunya meninggal. Sang ayah pun semakin dekat dengan anak istimewanya itu. Saat berusia 13, buah hati yang dilahirkan dengan fisik terbatas itu menghembus nafas terakhir, dan tidak lama kemudian sang ayah pun ikut meninggal. Oleh karena harta yang dimiliki keluarga pria ini sangat banyak maka pihak pengacara keluarga yang diberikan otoritas untuk melakukan pelelangan, pun melakukan tugasnya. Ratusan penawar datang pada acara itu. Item pertama yang ditawarkan pun keluar oleh pihak pelelang yakni sebuah lukisan yang dibuat sendiri oleh anak yang istimewa di keluarga itu ketika ia masih hidup. Namun hingga setengah jam berlalu, tidak ada satu pun tawaran.

Tiba-tiba seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di keluarga pria itu mengangkat tangan dan menawarkan 5 dollar Amerika Serikat untuk lukisan yang sebenarnya kurang bagus tersebut. Sebelum mengetok palu tanda bahwa proses penawaran telah ditutup, juru lelang merobek bagian belakang gambar dan mengambil sebuah surat yang ada di dalamnya. Semuanya terdiam ketika juru lelang membacakan isinya.
"Untuk orang yang berpikir bahwa membeli lukisan anak saya ini adalah cukup bagi dirinya maka untuk orang inilah saya memberikan seluruh kekayaan saya" 
Sesaat kemudian, juru lelang memukulkan palu sebagai acara lelang telah berakhir. Kerumunan orang yang telah datang dari pagi itu pun pulang dengan kecewa karena mereka tidak bisa memiliki harta pria jutawan tersebut.

Banyak dari kita yang datang kepada Bapa untuk memperoleh berkat-berkatNya, tetapi sedikit dari kita yang mengetahui rahasia sebenarnya bagaimana kita bisa mendapatkan itu.
Bergaul lah karib dengan Tuhan Yesus maka kekayaan sejati yang dimiliki Bapa akan Anda terima di dalam kehidupan Anda waktu demi waktu. 

(Matius 6:33) - "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan KebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

Sumber : christianstories/bm

Friday, December 30, 2011

Your Best Life Now - Joel Osteen



Penulis : Joel Osteen
Penerbit : Immanuel Publishing House
Genre : Motivasi dan Pengembangan Diri

"Izinkan Firman Tuhan menyegarkan Anda dan membentuk pikiran, perkataan dan aktivitas sehari-hari Anda."
Dalam buku terlarisnya Your Best Life Now, Joel Osteen menjamin kita kembali bahwa menjalani kehidupan yang penuh potensi itu ada dalam jangkauan kita. Ia berbicara tentang memperbesar visi kita, menyadari kuasa pikiran dan kata-kata kita, dan mengubah kesukaran menjadi kesempatan untuk bertumbuh.

Sekarang, dalam buku ini Joel mempersiapkan kita untuk meraih kehidupan yang Tuhan maksudkan untuk kita nikmati. Pikiran-pikiran motivasional, pesan-pesan inspirasional dan ayat-ayat Alkitab yang bermanfaat selama 90 hari akan memperkuat iman kita-kepada Tuhan, kepada sesama, dan kepada diri kita sendiri. Dengan menerapkan kebenaran-kebenaran ini, kita akan sanggup naik melampaui penghalang-penghalang kita dan hidup dalam kesehatan, kelimpahan, dan kemenangan.

Sumber:gbiposko39bandung

Mentalitas Seorang yang Besar


(Mazmur 132:15) "Perbekalannya akan Kuberkati dengan limpahnya, orang-orangnya yang miskin akan Kukenyangkan dengan roti"

Bagian terbaik kehidupan seorang manusia adalah perbuatan-perbuatan kasih dan kebajikan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehariannya.
Seraya Gandhi melangkah ke atas keretapi suatu hari, salah satu sepatunya terjatuh ke atas landasan. Ia tidak dapat mengambilnya karena kereta sudah mulai bergerak. Gandhi melakukan sesuatu yang membuat  orang-orang di sekitarnya kaget.  Ia dengan tenang menanggalkan sepatunya yang lain dan melemparnya ke atas landasan, berdekatan dengan posisi sepatunya yang satu lagi. Saat ditanya mengapa ia melakukan itu, Gandhi tersenyum, “Orang miskin yang menemukan sepatu yang terlempar di atas landasan,” ia menjawab, “akan menemukan sepasang sepatu yang dapat dipakainya.”

(Dikutip pertama kali dari The Little Brown Book of Anecdotes)

Thursday, December 29, 2011

Tuhan & Laba-laba



Pada saat Perang Dunia ke 2, ada seorang tentara Amerika yang terpisah dari unitnya di sebuah pulau di Pasifik. Karena pertempuran sangat gencar penuh asap dan tembakan, dia terpisah dari rekan-rekannya. Sementara dia sendirian di dalam hutan, dia mendengar tentara musuh mulai mendekati tempat persembunyiannya. Berusaha untuk bersembunyi, dia mulai naik ke sebuah bukit dan menemukan beberapa gua di sana. Secara cepat dia merangkak masuk ke dalam salah satu gua. Dia merasa aman untuk sementara, namun dia menyadari jika tentara musuh melihatnya merayap ke atas bukit, mereka pasti akan segera memeriksa semua gua dan membunuhnya.

Dalam gua itu, dia mulai berdoa kepada Tuhan," Tuhan, jika ini kehendak-Mu, tolong lindungi aku. Apapun yang terjadi, aku tetap mencintai-Mu dan mempercayai-Mu. Amin."
Setelah berdoa, dia bertiarap dan mulai mendengar tentara musuh mulai mendekatinya. Dia mulai berpikir,"Baiklah, aku kira Tuhan tidak akan menolongku dari situasi ini." Kemudian dia melihat seekor laba-laba mulai membangun jaring di depan gua persembunyiannya. Sementara dia mengawasi dan mendengar tentara musuh yang sedang mencarinya, lala-laba itu terus membentangkan benang-benang jaring di pintu masuk gua. Dia terkejut dan berpikir," Yang aku butuhkan sekarang adalah sebuah tembok pertahanan, mengapa Tuhan malah memberi sebuah jaring laba-laba. Pasti Tuhan sedang bercanda." Dari kegelapan gua, dia melihat musuh mulai mendekat dan memeriksa setiap gua. Dia bersiap-siap untuk melakukan perlawanan terakhirnya, namun ada yang membuatnya heran karena tentara musuh hanya melihat sekilas ke arah gua persembunyiannya setelah itu mereka pergi begitu saja.
Tiba-tiba dia menyadari bahwa ternyata jaring laba-laba yang ada di pintu gua telah membuat gua itu terlihat seperti belum ada seseorang yang memasukinya. Karena kejadian itu, dia berdoa dan minta ampun kepada Tuhan karena sudah meragukan pertolongan Tuhan." Tuhan, ampunilah aku. Aku lupa bahwa di dalam Engkau, jaring laba-laba menjadi lebih kuat dari dinding beton."

Dalam hidup ini pun kita sering menganggap bahwa Tuhan harus menyediakan hal yang besar dan dasyat untuk menolong hidup kita. Tetapi kita sering lupa bahwa di dalam Tuhan hal yang kecil dan remeh bisa dipakai untuk menolong kita dan membuat hidup kita menjadi lebih sempurna.

 "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia." (1 Korintus 1:25)

Monday, December 26, 2011

Unforgetable Christmas Night - Part 1

Shalommm.... Hari ini tepat sehari setelah kita merayakan natal tanggal 25 Desember kemarin. Bagaimana pengalaman kalian di hari natal? Buat gue, hari natal tahun ini adalah hari natal yang paling membekas di hati gue, paling berkesan! Bukan karena gue dapet kado banyak, bukan juga gue menang undian mobil, dan bukan juga karena perayaan-perayaan natal yang meriah. Malah sebaliknya, natal tahun ini penuh kesederhanaan dibanding natal-natal di tahun sebelumnya di hidup gue.
Mungkin buat sebagian orang, natal yang sederhana adalah natal yang tidak berkesan. Mungkin dengan banyak kado dan acara yang meriah, membuat banyak orang mengidentifikasikan bahwa natal mereka sangat berkesan. Tapi tidak buat buat gue. Justru di dalam kesederhanaan, Tuhan menunjukan kepada gue arti natal sesungguhnya.

Tanggal 24 Desember 2011, tepat sehari sebelum hari natal tanggal 25 Desember (atau bisa dibilang "Malam natal"), gue  beserta beberapa teman komsel gue pergi berkunjung ke panti jompo, sekaligus untuk menghibur mereka di sana. Sebenarnya bukan panti jompo sih, panti yang gue kunjungi itu seperti tempat penampungan para gelandangan yang ditemukan di jalan-jalan. Ada yang korban perkosaan, bekas napi, dsb. Umur mereka juga tidak semua lansia, ada juga yang separuh baya dan sekitar 30 tahunan. Entah kenapa temen-temen gue menyebutnya panti jompo. Keadaan di sana begitu mengenaskan.. Tempat dan fasilitasnya juga kurang layak menurut gue. Gue bersyukur hari itu Tuhan kirim gue dan temen-temen gue ke sana, karena gue bisa merasakan Kasih Tuhan yang sungguh-sungguh nyata lewat orang-orang di sana.
Bukan pengalaman yang menakjubkan yang gue alami, hanya pengalaman sederhana yang sangat membekas dan sangat penuh arti. Hari itu gue melihat banyak sekali orang yang mengalami gangguan mental. Hanya 10% saja dari 70 orang di panti itu yang dinyatakan normal, yang lainnya dinyatakan mengalami gangguan mental. Hati gue miris banget. Tuhan mengijinkan gue merasakan belas kasihan-Nya dan kasih-Nya kepada orang-orang di panti itu. Gue tau bagaimana sedihnya hati Tuhan melihat anak-anaknya dengan keadaan seperti itu.

Sebelum gue sampai di panti itu, sebenernya banyak banget mujizat sekaligus banyak halangan yang membuat gue dan temen-temen gue tak habis pikir. Gue tau, iman kita sedang diuji. Tapi, tidak ada kata menyerah untuk pekerjaan Tuhan. So, mulailah acara di panti tersebut dengan keadaan hujan, becek, banjir, dan orang-orang panti yang mulai lelah menunggu. Tapi untunglah, ketika kami datang, mereka kembali bersemangat :) Kita membuka acara dengan menyanyikan pujian bersama-sama dan sharing. Sebenernya gak gampang menyanyi di depan orang-orang dengan mental yang kurang 'ngeh', tapi tekad gue untuk menghibur mereka sudah bulat. Kami menyanyi, sharing, dan saling mendoakan. Di saat saling mendoakan itulah gue mengalami pengalaman yang sangat-sangat berharga. Tuhan bicara. Bukan secara audible, tapi Tuhan bicara kepada gue lewat orang-orang itu. (Arghh... Perasaan ini gak akan pernah bisa tersampaikan hanya dengan tulisan. Hati gue bener-bener campur aduk dan meluap-luap waktu itu. Meluap-luap dengan kasih Tuhan) T__T
Semua orang yang gue temui di panti itu memberikan pelajaran yang berharga buat gue, tapi gue akan share beberapa saja.
Seorang oma, yang usianya 89 tahun (kenapa gue bisa tau usianya? karna gue ngobrol dengan oma itu), memberi gue nasehat.. "Jangan pernah lupa untuk berdoa, doa itu penting sekali. Setiap bangun tidur, mau makan, dan sebelum melakukan aktivitas harus ingat doa. Karena Tuhan itu yang nomor 1. Cuma Tuhan yang dibutuhkan dihidup ini....". Jujur, gue tertegun dengan perkataan oma ini. Oma dengan usia 89 tahun, tinggal di panti yang gak layak huni, disisihkan dari masyarakat, tiap ke gereja harus pergi sendiri dan bayar angkotnya sendiri, menghabiskan sisa hidupnya di panti dengan orang-orang yang 90% gangguan mental masih bisa secinta itu dengan Yesus, dan  masi bisa begitu bersyukur! Ketika ngobrol dengan oma itu, air mata gue hampir tumpah (tapi gue tahan). Oma itu masih bisa begitu bersemangat menceritakan masa lalunya dan menceritakan kebaikan Yesus. Hari itu, Yesus serasa berbisik ke telinga gue lewat oma itu, bahwa Yesus sangat mencintai anak-anaknya di panti itu dan Dia tidak pernah meninggalkan mereka sendirian seberapa buruk keadaan mereka. Damai sejahtera dan Kasih Karunia masih layak untuk mereka.

Bagaimana keadaan kalian hari ini? ingatlah bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan kita dan tidak pernah membenci kita seberapa buruk keadaan kita.. Dan Yesus juga mengingatkan gue bahwa masih banyak orang-orang di luar sana yang membutuhkan uluran tangan dan belas kasihan kita yang mewakili kasih-Nya. Tugas kita masih banyak, kita tidak boleh egois dengan memikirkan diri kita sendiri

~Cerita tentang orang-orang yang lainnya di panti itu akan gue share di judul-judul yang berbeda... :) ikuti yaa... God bless u!!



Friday, December 23, 2011

Merry christmas & Happy New Year 2012


Thursday, December 22, 2011

Come Be My Light - Mother Teresa

Akhir-akhir ini gue sangat terberkati dengan sebuah buku yang berjudul "Come Be My Light". Buku ini berisi perjalanan dan pergulatan batin seorang Ibu Teresa semasa pelayanannya. Kerendahan hati dan kasih sayang yang terpancar dari sosok Ibu Teresa ini membuat gue kagum. Selain itu juga kesetiaannya terhadap panggilan-Nya walaupun sedang berada di masa ujian juga membuat gue belajar bahwa kecintaan kepada Tuhan akan membuat seseorang teguh terhadap panggilan-Nya. Gue belajar banyak dari sosok ibu ini. Bukan kesempurnaan yang gue lihat, tapi bagaimana Ibu Teresa ini menjalani hidupnya dengan perjuangan untuk tetap berjalan di jalan Tuhan walaupun kegelapan ada di sekitarnya.


Berikut sedikit ulasan dari buku "Come Be My Light":
Menjelang peringatan 10 tahun meninggalnya Ibu Teresa, sebuah buku berjudul Mother Teresa: Come Be My Light diterbitkan. Dalam buku berisi kumpulan surat yang ditulis Ibu Teresa kepada relasinya selama 66 tahun itu menyeruak pergumulan batinnya yang seolah-olah menjalani dua dunia. Satu dunia tentang kasih, damai dan kemuliaan. Dunia yang lain tentang perasaan gersang di mana Sang Kuasa telah pergi.

Berbeda dengan peringatan 10 tahun meninggalnya Putri Diana yang dihadiri ribuan orang terkenal akhir Agustus lalu, peringatan 10 tahun meninggalnya Ibu Teresa dihadiri ribuan kaum papa, 5 September tahun lalu. Ribuan orang yang datang bukan mendoakan dan mengenang sosok putri istana yang bergelimang harta. Mereka mengenang seorang biarawati yang mendedikasikan hidupnya kepada Tuhan dan kemanusiaan. “Ibu Teresa membantu saya mendapatkan pekerjaan dan bertahan hidup saat tidak ada yang bisa diharapkan dalam hidup saya,” kata Harihar Sahu, seorang tunanetra.

Dalam terang cahaya lilin, ribuan orang berlutut khidmat di depan makam Ibu Teresa di biara Ordo Misionaris Kasih Sayang di Kolkata, India. Doa bersama lintas agama juga digelar. Pemuka umat Islam, Hindu, dan Kristen membacakan ayat-ayat dari kitab suci masing-masing dan berdoa untuk kerukunan. “Ibu Teresa mengajarkan toleransi dan menunjukkan kepada kita tentang harmoni,” kata Maulana Abdul Rahim, seorang ulama. “Sudah 10 tahun sejak ibu kita tercinta meninggal dunia dan dia tetap bekerja dari atas sana,” kata Suster Nirmala, penerus Ibu Teresa.

Dunia mengenalnya sebagai pendiri organisasi kemanusiaan Missionary of Charity, berkembang dari seorang wanita yang dianggap kehilangan akal sehat di Calcutta pada tahun 1948 menjadi sebuah mercusuar dunia yang menyuarakan kegiatan kemanusiaan. Ia menjadi salah satu figur kemanusiaan terbesar dalam 100 tahun terakhir, dimana kegiatan pelayanannya tampak sangat erat dengan kedekatannya dengan Tuhan, yang begitu sering terlihat dalam kesunyian diri dan dalam doa yang begitu damai. Namun, dalam buku terbaru berjudul Mother Teresa: Come Be My Light menyeruak pergumulan batinnya yang seolah-olah menjalani dua dunia. Satu dunia tentang kasih, damai dan kemuliaan. Dunia yang lain tentang gurun gersang di mana Sang Kuasa telah pergi.

Buku setebal 416 halaman ini merupakan kumpulan surat-surat antara Ibu Teresa dengan pastur pengakuan dosa selama periode lebih dari 66 tahun. Surat-surat tersebut, yang sebagian disimpan walau tidak sesuai dengan permintaan Ibu Teresa (Ibu Teresa telah meminta agar surat-suratnya dimusnahkan tetapi ditolak oleh otoritas gereja), mengungkapkan bahwa pada paruh terakhir dari hampir separuh abad hidupnya, Ibu Teresa tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya - atau, sebagaimana ditulis oleh editor dan penghimpun surat-surat untuk buku tersebut, Pendeta Brian Kolodiejchuk, “[Teresa tidak merasakan-Nya] baik dalam hatinya maupun dalam ekaristi”.

Dalam sebuah surat kepada seorang rekan spiritualnya, Pendeta Michael Van Der Peet yang ditulis tiga bulan sebelum ia menerima Nobel Perdamaian, Ibu Teresa menyatakan Kristus yang tidak hadir. “Yesus memiliki rasa cinta yang sangat khusus padamu,” ujar Ibu Teresa kepada Van Der Peet. “[Tapi] untukku – kesunyian dan kehampaan begitu besar – aku memandang tapi tidak melihat, mendengarkan tetapi tidak mendengar [apapun] – lidahku bergetar [dalam doa] tetapi tidak berucap sepatah kata pun… Aku ingin kau berdoa untukku, bahwa aku membiarkan-Nya memiliki tangan yang bebas.”

Dalam surat-surat yang lain, Ibu Teresa juga menguraikan pergumulan batinnya. “Di mana imanku? Bahkan jauh di dalam tidak ada apa-apa selain kekosongan. Jika [memang] ada Tuhan — tolong ampuni aku.” Ini merupakan perkataan Ibu Teresa sejenak setelah pelajarannya di tempat kumuh di Calcutta dimulai. “Buat apa aku berkarya? Jika tidak ada Tuhan, [maka] tidak bisa ada jiwa. Jika tidak ada jiwa maka, Yesus, Engkau juga tidak benar [‘tidak ada’]”. “Aku diberitahu bahwa Tuhan hidup di dalam aku - namun realitas dari kegelapan dan kedinginan dan kekosongan begitu dalam sehingga tidak ada apapun yang menyentuh jiwaku.” “Aku ingin Tuhan dengan semua kekuatan jiwaku - namun di antara kita ada keterpisahan yang mengerikan.”

Perasaan akan hilangnya Tuhan dalam hidup Ibu Teresa tampaknya bermula sejak ia mulai melayani kaum miskin di Calcutta, dan – kecuali untuk suatu masa 5 minggu pada tahun 1959, perasaan itu tidak pernah berhenti. Meskipun acapkali tampak gembira di depan publik, Ibu Teresa, seperti tersirat dalam surat-suratnya, hidup dalam penderitaan yang dalam tiada henti. Dalam lebih dari 40 surat yang belum pernah dipublikasikan, Ibu Teresa mengeluh akan “kekeringan”, “kegelapan”, “kesepian” dan “siksaan” yang dialaminya. Ia membandingkan penderitaannya dengan alam neraka, dan pada suatu titik telah membuatnya ragu akan keberadaan surga, bahkan Tuhan. Ibu Teresa sangat menyadari kesenjangan antara keadaan dirinya dengan di hadapan publik. “Senyum itu”, menurut Ibu Teresa, “adalah sebuah topeng atau sebuah jubah yang menutupi segalanya”. Demikian pula, ia sering kali mempertanyakan dirinya apakah ia sedang menipu diri dengan kata-kata. “Aku berucap seolah-olah hatiku sangat penuh cinta kepada Tuhan – cinta yang begitu halus dan pribadi”, ia menjelaskan kepada seorang penasihat. “Jika anda berada [di sana], anda akan berkata, ‘begitu munafik’.”

Buku terbitan Doubleday ini bukanlah dibuat oleh orang yang tidak religius dan mencari-cari kelemahan seseorang. Kolodiejchuk, anggota senior Missionary of Charity, adalah Postulator (Postulator adalah seseorang yang mengajukan orang lain untuk dinyatakan sebagai Santo dalam Gereja Katolik), yang bertanggung jawab atas petisi untuk pengangkatan Ibu Teresa sebagai Santa dan mengumpulkan materi pendukung. Sejauh ini, Ibu Teresa telah dinyatakan terberkati, satu langkah sebelum menjadi Santa. Surat-surat tersebut dikumpulkan dalam rangka proses tersebut. Menanggapi isi surat Ibu Teresa itu, Kolodiejchuk melihatnya dalam konteks ‘kegelapan dalam iman’. Ibu Teresa menemukan jalan, dimulai sejak awal tahun 1960, untuk hidup bersama hal itu, dan tidak mengabaikan kepercayaannya maupun pekerjaannya. Ia tetap bangun pagi-pagi pukul 4:30 untuk berdoa dan tetap menulis kepada-Nya, ”Sukacita-Mu, hanya itu yang aku inginkan.” Kolodiejchuk menunjukkan bahwa buku tersebut merupakan bukti akan kegigihan yang diisi oleh iman, yang menurutnya, adalah tindakan Ibu Teresa yang paling heroik.

Mother Teresa: Tahun 1997 saat kematiannya, pelayanannya sudah menyebar di 123 negara dengan 610 misi termasuk menyediakan rumah bagi yatim piatu, pasien HIV/AIDS dan penderita kusta.

‘Kegelapan dalam iman’ yang dirasakan oleh Ibu Teresa ini pernah juga dialami oleh orang-orang Kudus lainnya seperti St. Yohanes dari Salib yang memberi istilah pengalamannya ‘Dark Night of the Soul’. Clive Staple Lewis atau C.S. Lewis, seorang Protestant yang terkenal juga menyadari kebenaran yang sama. Lewis mengungkapkan pemahamannya akan masa ‘kegelapan dalam iman’ ini dalam bukunya The Screwtape Letters. Dalam buku ini tertulis sebuah pesan bahwa tidak ada yang lebih berbahaya bagi pencapaian tujuan para iblis dibanding ketika seorang manusia masih melakukan kehendak musuh mereka (Tuhan) padahal si manusia tidak ingin untuk melakukannya. Juga ketika seorang manusia yang tidak merasakan Tuhan di semesta ini dan merasa ditinggalkan, tetap mematuhi kehendak-Nya. Ini artinya, ketika manusia mengalami masa seperti itu, maka sang manusia berada dalam taraf spiritual yang tinggi.

Berbagai tanggapan muncul tentang isi dari surat-surat Ibu Teresa itu. Namun, satu komentar yang menarik datang dari Pendeta James Martin, editor majalah Jesuit. Ia berpendapat buku tersebut sebagai bentuk pelayanan baru dari Bunda Teresa, ‘sebuah pelayanan dari bagian dalam kehidupannya’, dan mengatakan, “Buku ini akan diingat sama pentingnya dengan pelayanannya bagi kaum miskin. Buku ini akan menjadi bentuk pelayanan bagi orang-orang yang mengalami keraguan, ketidakhadiran Tuhan dalam hidup mereka. Dan tahukah anda siapa mereka? Kita semua. Orang Ateis, orang yang ragu, pencari, orang yang percaya, semua orang.”

Buku yang memuat surat-surat Ibu Teresa ini jelas memberikan suatu pemahaman bahwa di balik pelayanannya kepada kaum papa, ada pergumulan batin yang tak tertahankan, keragu-raguan, kekosongan, dan kegelapan hingga pengalaman kepastian dan “kemuliaan” dalam cinta, ilahi dan manusia

Sunday, December 4, 2011

Don't Quit Easily!

"Don't quit so easily..Your ups & downs are part of the process to the finish line! Be sure of your calling...& end the race well!"

Ini kata-kata dari salah satu gembala di gereja tempat gue berjemaat. Yang artinya:
"Jangan menyerah dengan mudah. Kehidupan rohanimu yang naik dan turun adalah proses untuk mencapai garis finish! Yakinlah dengan panggilanmu dan selesaikan pertandingan dengan baik!"

Inget ga waktu kita lagi berlibur ke gunung, jalan yang kita lewatin pasti ada naik dan turunnya. Gak mungkin kan jalanan naik mulu... pasti jalanan serasa bergelombang, naik turun.. lalu naik lagi, turun lagi... begitu seterusnya sampai kita mencapai puncak gunung tempat tujuan kita. Walaupun jalanan naik turun, tapi tetap saja kita berjalan "naik" ke gunung.
Hal itu ibarat kerohanian kita, terkadang naik, tapi Tuhan juga membiarkan kita untuk merasakan proses turunnya. Tetapi meskipun seperti itu, tetap saja kan "naik", asal kita tetap setia dan tidak menyerah. Jangan gegabah untuk memutuskan "keluar" atau "berhenti" kalau kita tidak mau menyesal di kemudian hari. Mungkin hari-hari ini adalah saatnya kita untuk menabur, tapi kelak akan ada saatnya untuk kita menuai. Segala sesuatu ada waktunya. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari kalau kita berhenti sekarang.
Jadi tetaplah setia!! Tuhan Yesus menyertaimu :)

Selidiki aku, Tuhan

Selidiki aku.
Lihat hatiku.
Apakah ku sungguh mengasihiMu Yesus?
Kau yang maha tau dan menilai hidupku,
Tak ada yang tersembunyi bagiMu.
Telah kulihat kebaikanMu yang tak pernah habis di hidupku
Ku berjuang....
Sampai akhirnya, kau dapati aku tetap setia.


Lagu di atas sangat memberkati hidup gue. Di saat banyak orang mulai lelah dan meninggalkan Tuhan, gue diingatkan untuk terus mengasihi Tuhan dan berjuang sampai pada akhirnya gue didapati tetap setia.


Apakah hari-hari ini kalian merasa berat untuk tetap mendekat kepada Tuhan?
Teruslah berjuang dan jangan menyerah untuk mencari Tuhan, karena kasih setia Tuhan tetap untuk selama-lamanya. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dalam menjalani hidup ini. Ada masanya kasih karunia itu akan dicurahkan, asal kita didapati setia pada masa-masa sulit ini.


Satu hal lagi yang gue sadari, bahwa, tidak dengan rela Tuhan memberikan pencobaan-pencobaan dalam hidup kita. Orang tua kita aja gak rela memberi masalah untuk anak-anaknya, apalagi Tuhan!

Ratapan 3:33 "Tidak dengan rela Ia menindas dan menyusahkan anak-anak manusia"
Sebenarnya, ketika kita sedih, hati Tuhan juga ikut sedih. Ketika kita menangis, hati Tuhan juga ikut menangis. Tetapi Tuhan harus memberikan itu semua kepada kita karena Tuhan punya suatu maksud dan rencana. Maksud Tuhan tidak pernah sembarangan. Oleh karena itu belajarlah untuk tetap setia :) Percayalah kepada Tuhan. Tuhan Yesus baik. Ia mengasihimu lebih dari siapapun di dunia ini.


God Bless You ! :)
 

Blog Template by YummyLolly.com - Sponsored by Free Web Space