Pages

Tuesday, February 21, 2012

Penglihatan Surga dan Neraka oleh Pdt. Park Yong Gyu




Di tahun 1987, Pdt. Park telah meninggal karena tekanan darah tinggi. Tapi oleh anugrah Tuhan, hidupnya diperpanjang 20 tahun lagi. Tetapi, untuk 4 tahun pertama, dia tidak dapat berbicara karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Umurnya 50 tahun sewaktu dia kembali hidup. Selama dia meninggal, TUHAN memperlihatkan kepadanya Sorga dan Neraka.

Inilah penuturan Pendeta Park: 
Saya ingin Anda tahu jika Anda sombong dan angkuh, Anda akan mendatangkan kutukan atas dirimu. Saya memiliki jemaat besar dengan 5000 anggota tapi Tuhan merendahkan saya karena kesombongan saya. Sekarang saya takut akan Allah. (Yakobus 4:6)

Saya memiliki harta kekayaan seharga 150 juta US$. Saya memiliki lima mobil mewah. Tapi setelah peristiwa kematian saya, saya memberikan semuanya. Tolonglah ingat, keselamatan tidak dapat diperoleh oleh banyaknya hartamu melainkan melalui iman. Sekarang saya memohon kepada para gembala, penatua, dan pemimpin lainnya untuk melayani Tuhan dengan segenap hati.

Pada tanggal 19 Desember 1987, setelah saya selesai makan siang dan sementara saya sedang beristirahat, saya mulai merasakan sakit yang amat sangat. Hal itu sungguh tak tertahankan sehingga saya merasa bahwa saya akan mati. Kemudian saya kehilangan kesadaran saya. Saya terbangun empat bulan kemudian dalam kondisi yang setengah sadar, dan dokter saya mengatakan kepada saya bahwa saya sebetulnya akan mati. Seluruh bagian tubuh saya syarafnya robek sejak mengalami kelumpuhan. Dan keluarga saya belum pernah mengizinkan anggota Gereja untuk menengok saya karena kondisi saya yang mengerikan. Kemudian saya meninggal.

Ketika meninggal, saya melihat dua orang memasuki kamar saya. Tetapi orang-orang ini masuk ke kamar saya melalui dinding. Saya berteriak, “Siapa, siapa kalian?! Rumah saya akan hancur bila kalian begitu!!” Kemudian yang seorang berkata, “Kami adalah malaikat-malaikat yang turun dari Sorga. Kami datang dari Kerajaan Allah.” Sebuah cahaya yang terang bersinar melalui para malaikat itu.

Malaikat yang berada di sebelah kanan saya memperkenalkan dirinya, “Saya berkeliling bagi Yesus dalam Kerajaan-Nya. Yesus memanggilku dan memerintahkanku untuk turun ke bumi. Dia memerintahkanku untuk membawamu ke Sorga. Kamu sudah mati. Tapi karena keluargamu menangis dengan teramat sedih, DIA berkehendak untuk memberikanmu hidup lebih lama lagi. Tapi untuk sekarang, DIA ingin memperlihatkan kepadamu Sorga dan Neraka. DIA akan memperlihatkannya kepadamu dan kamu akan memberi kesaksian kepada orang-orang yang ada di bumi. Semoga jumlah orang yang berakhir di Neraka akan berkurang dan jumlah orang yang akan ke Sorga menjadi bertambah karena kesaksianmu. Ini akan menjadi tugasmu. Tuhan mengintruksikan kepada kami untuk menyampaikannya kepadamu supaya jangan menunda. Jika kamu menunda, kamu tidak akan sanggup untuk mengunjungi Sorga dan Neraka.”

Kemudian malaikat di sebelah kiri saya berkata, “Di saat kamu lahir dan sampai pada saat kamu meninggal, aku telah bersama-sama denganmu.” Pada saat itu, saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh malaikat itu. Sekarang saya tahu. Dia adalah malaikat penjaga saya. Jadi saya berkata, “Saya tidak dapat pergi! Saya tidak akan pergi! Saya seorang pendeta! Saya tidak dapat bertemu TUHAN dalam kondisi fisik seperti ini. Saya ingin melihat DIA dalam keadaan sehat. Saya mungkin akan menerima lebih banyak hukuman daripada pujian dari TUHAN. Saya angkuh dan sombong dan sekarang saya terkutuk dan sakit. Bagaimana mungkin saya dapat masuk ke Sorga? Saya sangat takut. Saya mohon, kembalilah ke Sorga dan mintalah kepada TUHAN untuk menyembuhkan saya. Kemudian kembali dan bawa saya ke Sorga melalui mimpi saya. Saya mohon mintalah belas kasihan untuk saya.”

Tapi para malaikat tidak mendengarkan sanggahan saya. Mereka melepaskan pakaian saya dan berkata bahwa pakaian saya terlalu kotor untuk dikenakan di Sorga. Kemudian mereka memakaikan kepada saya pakaian putih bersih. (Zakharia 3:4)

Mereka memegang tangan saya dan kami terbang ke Sorga. Kami terbang melalui awan-awan dan saat saya melihat ke bawah, saya melihat bumi menjadi kecil. Mereka membawa saya mendekat pada Jalan Emas yang tak berujung. Saya melihat sebuah sinar yang terang, terlalu terang untuk ditatap secara langsung. Saya berkata, “Darimanakah cahaya ini berasal?” “Datangnya dari Sorga”, jawab malaikat.

Saya berpikir, “Wow! Besar sekali!” saya melihat sekelompok orang dalam pakaian putih terbang melaluinya. “Siapakah mereka?”, saya bertanya.

Malaikat menjawab, “Mereka adalah orang yang telah melayani Tuhan dengan setia dan percaya kepada Yesus dengan mematuhi dan mengikuti tuntunan Roh Kudus dengan segenap hati mereka. Tubuh mereka telah mati di bumi. Mereka sekarang adalah jiwa-jiwa yang menuju Sorga.”

Malaikat lain melanjutkan, “Ada 12 pintu gerbang di Sorga. Ketika satu jiwa datang ke Sorga, mereka harus masuk melalui salah satu gerbang itu.” Kami sedang berdiri di pintu Selatan tapi sudah tertutup. Sementara kami sedang menunggu, saya bertanya kepada malaikat, “Malaikat, kenapa gerbang ini tidak terbuka?”

Malaikat menjawab, “Hal itu karena kamu tidak bernyanyi lagu penyembahan Sorga.” (Mzm 100:4)
Saya bertanya, “Malaikat, saya sangatlah angkuh dan sombong dan sebagai hasilnya saya telah dikutuk dengan penyakit. Saya bukanlah seorang penyanyi lagu penyembahan bumi. Bagaimana saya sanggup bernyanyi lagu penyembahan Sorga ketika saya tidak pernah mendengar sebelumnya?”

Malaikat menjawab, “Kau benar. Tetapi kau tetap harus menyiapkan dirimu untuk menyembah. Kau adalah seorang yang angkuh tapi bersiaplah untuk bernyanyi.” Para malaikat mulai menyanyi. Saat mereka menyanyi, saya mulai turut bernyanyi bersama mereka. Hal itu kemudian menjadi sangat alamiah bagi saya, dan kami pun masuk.

Pemandangan di Sorga sungguh tak tergambarkan. Saya tidak dapat menggambarkan Sorga dengan bahasa bumi saya. Saya berkata, “Tuhan! Terima kasih banyak! Sekalipun, saya sangat angkuh dan sombong dan terkutuk dengan sebuah penyakit, Engkau tetap membawa saya ke Sorga untuk melihat-lihat.”

Saya kemudian mendengar suara Allah, “Pendeta Park Yong Gyu KU yang tercinta, AKU menyambutmu. Kau telah menempuh perjalanan panjang kemari.” Suara-NYA dipenuhi oleh kasih dan kelembutan.

Saya menjawab dengan menangis, “Tuhan...” Malaikat segera berkata, “Kamu telah menjadi pendeta selama 20 tahun. Tidakkah kamu baca Alkitabmu? Tidak ada airmata di Sorga. Jadi berhentilah!” Saya tidak dapat meneruskan tangis saya. (Wah 21:4).

Tuhan kemudian bertanya kepada saya lima pertanyaan.

1. Berapa banyak waktu yang kau luangkan untuk membaca Firman (Alkitab)?
2. Berapa banyak yang kau beri untuk persembahan?
3. Berapa kali kau menginjili orang?
4. Apakah kau telah memberi persepuluhan dengan benar?
5. Berapa banyak waktu yang kau habiskan di dalam doa?”

Saya tidak dapat menjawab kelima pertanyaan tersebut. Tuhan menghukum saya untuk kelima pertanyaan itu.

“Setelah kamu menjadi seorang pendeta yang besar, kamu telah menjadi malas untuk berdoa. Menjadi sibuk bukanlah alasan untuk-KU!” Saya harus bertobat untuk hal itu kemudian. “Malaikat akan memperlihatkan kepadamu banyak tempat di Sorga dan di Neraka. Lihatlah ke sekeliling sebanyak yang kamu harapkan. Kamu akan pergi setelah menyaksikan banyak bagian berbeda dari Sorga dan Neraka.” Tetapi Tuhan tidak mengizinkan saya untuk melihat wajah-NYA.

Para malaikat pertama membawa saya ke tiga tempat berbeda di Sorga:

1. Saya melihat anak kecil tinggal bersama.
2. Saya melihat tempat tinggal orang dewasa.
3. Saya melihat jiwa-jiwa yang berhasil mencapai sorga, walaupun mereka berhasil masuk Sorga, tetapi mereka masuk dengan perasaan malu.

Banyak orang telah bertanya kepada saya berapakah usia anak kecil tersebut. Mereka terlihat seperti anak-anak TK. Mereka bukanlah anak laki-laki kecil atau perempuan seperti yang kita ketahui berdasarkan jenis kelamin. Setiap anak memiliki malaikat bayi pelindung masing-masing.

Di Sorga, kebanyakan dari jiwa-jiwa tersebut memiliki rumah mereka sendiri (Yoh 14:2). Bagaimanapun, ada beberapa yang tidak memiliki rumah. Saya akan menjelaskan ini kemudian. Lebih lanjut, anak-anak tidak memiliki rumah mereka sendiri. Saya bertanya, “Anak-anak juga adalah jiwa, mengapa mereka tidak memiliki rumah mereka sendiri?”

Malaikat menjawab, “Sama seperti manusia di bumi membutuhkan bahan-bahan untuk membangun rumah mereka, kami yang ada di Sorga pun membutuhkan bahan untuk membangun. Ketika seseorang melayani Gereja dan orang lain dengan setia seperti untuk Tuhan, maka perbuatan-perbuatan baik itu akan menjadi bahan bagi pembangunan rumah orang tersebut di Sorga.

Ketika bahan-bahan disediakan, para malaikat yang ditugaskan untuk membangun rumah orang-orang kudus akan pergi mengerjakannya. Anak-anak yang masih sangat muda usianya tidak memiliki bahan-bahan untuk membangun rumah. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk menghasilkan imbalan/bahan. Inilah mengapa mereka tidak memiliki rumah.”

Saya melanjutkan dengan pertanyaan saya, “Apa yang harus saya lakukan di bumi untuk menyediakan bahan-bahan bagi rumah saya?”

Malaikat menjawab, “Ada tujuh hal yang harus dilakukan seseorang untuk mengumpulkan bahan-bahan bagi pembangunan rumahnya:

1. Penjumlahan dari total penyembahan dan pujian kepada Allah.
2. Waktu yang mereka luangkan untuk membaca Alkitab.
3. Waktu yang mereka luangkan untuk berdoa.
4. Waktu yang mereka luangkan untuk menginjili orang lain.
5. Persembahan seseorang kepada Allah.
6. Ketaatan mereka dalam perpuluhan kepada Allah.
7. Waktu yang mereka luangkan untuk melayani Gereja dalam segala cara.

Inilah perbuatan atau pekerjaan karena ketaatan dimana seseorang mengumpulkan bahan-bahan untuk membangun rumah Sorgawi mereka. Jika seseorang kurang dalam area ini, mereka tidak akan memiliki bahan untuk membangun rumah mereka.”

TEMPAT ANAK-ANAK
Ada banyak orang di Sorga yang tidak memiliki rumah. Bahkan yang tidak memiliki rumah ternyata adalah para pendeta, penatua, majelis, pemimpin, dsb. Saya bertanya lagi karena penasaran, “Dimanakah anak-anak tinggal kemudian?”
Malaikat menjawab, “Mereka tinggal disini.” Saat saya melihat ke sekeliling, mereka berkumpul di seluruh area taman bunga. Taman bunga sangat indah dan wanginya melebihi wewangian yang ada di dunia. Pemandangannya melebihi apa yang dapat saya gambarkan.

TEMPAT ORANG DEWASA
Tempat kedua adalah tempat bagi orang dewasa yang setia. Ada perbedaan antara Keselamatan dan Upah. Di tempat ini ada banyak rumah (Yoh 14:2). Rumah-rumah tersebut dibangun dengan permata/mutiara dan batu-batu langka. Beberapa rumah sangat tinggi setinggi gedung pencakar langit di bumi. Mereka yang dengan setia telah melayani Tuhan saat hidup di bumi telah membangun rumah mereka dengan permata/mutiara dan batu-batu langka. Di tempat ini, semua orang terlihat berumur 20-30 tahun. Di sini tidak ada perbedaan kelamin pria dan wanita. Tidak ada orang sakit, tua, atau orang cacat.

Saya dulu pernah mengenal seseorang yang sudah tua, oh, Im Myung. Dia telah meninggal di umur yang ke 65 tahun. Dia seorang yang bertubuh pendek, setinggi anak SD kelas 2. Dia telah menderita akibat penyakit langka. Tetapi, bila sudah menyangkut Alkitab, dia ibarat seorang lulusan PhD. Dia telah menulis banyak komentar. Saya bertemu dia di Sorga, dan di sana tubuhnya tinggi dan tampan. Dia tidak lagi sakit tetapi sehat. Sorga sungguh adalah tempat yang sangat menyenangkan! Saya penuh dengan pengharapan! Saya mohon percayalah dengan apa yang saya katakan saudara-saudari terkasih!

ORANG-ORANG YANG DISELAMATKAN DENGAN PERASAAN MALU
Tempat ketiga adalah bagi mereka yang telah diselamatkan dengan perasaan malu (1 Kor 3:15). Desa ini sangatlah besar ukurannya, beberapa kali lebih luas dari tempat yang kedua, dimana rumah-rumahnya terbuat dari permata/mutiara dan batu-batu langka. Saya tiba di tempat ini dalam kecepatan tinggi, mengendarai kereta emas. Terletak sangat jauh dari tempat indah lainnya yang saya lihat di Sorga.

Saya bertanya kepada para malaikat, “Saya melihat banyak tanah lapang dan hutan belantara. Mengapa saya tidak melihat adanya rumah?” Malaikat menjawab, “Yang kamu lihat adalah rumah.”

Saya melihat rumah flat yang besar, yang mengingatkan saya akan kandang ayam raksasa atau sejenis rumah gudang. Rumah-rumah ini tidaklah gemerlap, tetapi kumuh. Desa ini dan rumah-rumahnya adalah untuk jiwa-jiwa yang telah diselamatkan dengan perasaan malu. Ada begitu banyak rumah-rumah berukuran besar yang suram. Desa ini beberapa kali lebih besar dari tempat dimana jiwa-jiwa yang diberi upah tinggal.
Malaikat berkata, “Apakah kamu melihat dua buah rumah yang besar itu, satu di sebelah kananmu dan satu di sebelah kirimu?” Saya menjawab, “Ya, saya melihatnya.”

Malaikat berkata bahwa dia ingin memperlihatkan kepada saya kedua rumah tersebut secara khusus. Dia berkata, “Rumah di sebelah kanan adalah untuk mereka yang merupakan pendeta di bumi. Rumah yang di sebelah kanan adalah untuk mereka yang merupakan pemimpin di bumi.” Saat kami tiba di depan kedua rumah tersebut, saya menyadari bahwa rumah-rumah tersebut terlihat sama. Saya agak tercengang. Ketika kami membuka pintu dan masuk, kesan pertama saya adalah, “kandang ayam.” Dan bukannya 1000 ekor ayam tinggal di kandangnya, saya melihat jiwa-jiwa. Malaikat menyuruh saya untuk mengamati dengan teliti karena saya akan mengenali beberapa pendeta terkenal yang ada di dalam sejarah. Dan benar. Saya mengenali banyak pendeta yang ada di dalam sejarah. Saya secara khusus menyebut nama seorang pendeta dan bertanya kepada malaikat, “Saya kenal pendeta Korea itu! Saya tahu dia sangat terkenal dan banyak sekali pekerjaan yang telah dia lakukan untuk Tuhan. Mengapa dia ada disini? Saya tidak mengerti.”

Malaikat menjawab, “Dia tidak pernah menyediakan bahan-bahan untuk membangun rumahnya. Inilah mengapa dia tinggal di rumah susun.”

Saya bertanya kembali karena penasaran, “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Mengapa dia sama sekali tidak memiliki bahan-bahan?” Malaikat menjawab, “Sementara dia bekerja sebagai pendeta melakukan tanggungjawabnya sebagai seorang pendeta, dia menikmati pujian dari manusia. Dia senang akan penghormatan. Dia senang dilayani. Tidak ada pengorbanan dan hati hamba dalam dirinya.” Pendeta ini sangatlah dihormati di Korea dan telah menjadi sebuah icon dalam sejarah Kekristenan Korea. Tetapi dia tidak mendapat upah!

Para pendeta di luar sana, saya mohon dengarkanlah! Anda harus menuntun orang bukan hanya pada pelayanan hari Minggu. Anda harus mengunjungi mereka di rumah mereka. Kau harus memelihara yang miskin, yang cacat dan yang tua. Para pendeta yang telah melayani tanpa mengorbankan hidup mereka dan senang dihormati tidak memiliki upah di Sorga (Mat 23:5-12).

Setelah saya menyaksikan pemandangan ini di Sorga dan setelah saya kembali ke bumi, saya segera memberikan semua harta milik saya termasuk lima mobil mewah saya. Hidup kita adalah untuk sementara. Dalam Alkitab, rata-rata hidup ini adalah 70-80 tahun. Tetapi hanya Tuhan yang tahu kapankah seseorang akan meninggal. Setiap orang bisa meninggal sebelum berumur 70 atau 80 tahun. Saya telah memutuskan untuk memberikan semuanya, termasuk pakaian saya. Orang-orang yang telah saya lihat menerima keselamatan dengan rasa malu adalah pendeta, majelis, gembala, dan umat percaya. Ada sejumlah besar majelis dan gembala dalam rumah yang suram ini. Tentu saja, ini lebih baik daripada di Neraka. Tetapi, kenapa ada seorang pun yang ingin masuk ke Sorga dalam cara yang demikian? Saya tidak akan berakhir di tempat yang memalukan itu. Pakaian mereka bahkan tampak suram.

Apakah persyaratan bagi orang Kristen untuk memiliki rumah yang indah di Sorga?

Pertama, kita harus menginjili orang sebanyak mungkin. Bagaimana caranya kita harus menginjili? Malaikat memberitahuku, “Misalkan ada seorang yang tidak mengenal Tuhan. Pada saat kau memutuskan untuk menginjili orang tersebut, bahan-bahan untuk membangun rumah mu telah disediakan. Saat kau secara tidak jemu-jemu berdoa untuk keselamatan mereka, lebih banyak lagi bahan bangunan yang disediakan. Kau harus secara menerus memeriksa keadaan mereka, mengunjungi mereka dan meneruskan penginjilanmu. Hal ini akan menambah jumlah bahan-bahan untuk membangun rumahmu. Jika seseorang berkata mereka tidak memiliki baju yang pantas untuk pergi ke gereja, maka kau harus menyediakan bagi mereka. Jika seseorang berkata dia tidak memiliki Alkitab, kau harus menyediakan satu baginya. Jika seseorang berkata dia tidak memiliki kacamata untuk membaca, kau harus menyediakan bagi mereka. Kau harus menyediakan apapun juga yang kau mampu sehingga orang ini pun bisa dituntun untuk mengenal Tuhan. Mereka yang tinggal di rumah yang terbaik adalah mereka yang telah menginjili terbanyak.

Para malaikat kemudian membawa saya ke tempat dimana para orang kudus tinggal dalam rumah yang bagus. Disini adalah tempat dimana para orang kudus yang telah banyak menginjili tinggal. Rasanya seperti pusat kota Surga.
Dalam sejarah Kekristenan, ada empat orang yang memiliki rumah terbesar dan paling indah. Para malaikat memperlihatkanku rumah seorang penginjil Amerika D.L Moody, Pendeta Inggris John Wesley, seorang penginjil Italia, dan penginjil Korea Pendeta Choi Gun Nung. Keempat orang ini memiliki rumah paling besar di Sorga. Keempat orang ini telah menghabiskan seluruh hidup mereka untuk menginjili orang-orang bahkan sampai pada hari kematian mereka.

Di antara umat percaya Korea, ada seorang yang memiliki rumah yang besar. Orang ini telah membangun banyak gedung Gereja dengan seluruh hartanya. Dia telah memberikan 3000 karung beras kepada orang miskin. Dia secara rahasia telah membantu keuangan para pendeta dan pemimpin. Dia membantu membayar iuran sekolah para ahli teologia. Dia juga telah membawa pulang seorang pendeta berumur 65 tahun ke rumahnya dan merawatnya, dimana Gerejanya sendiri telah mengusirnya keluar.

Saya mendengar seorang malaikat berteriak, “Bahannya telah datang!” Saya bertanya kepada malaikat yang berada di sebelah kanan saya mengenai bahan tersebut dan dia mengatakan kepada saya, “Bahan ini untuk penatua dari sebuah gereja kecil di suatu negara. Malah, dia menerima bahan-bahan setiap hari. Walaupun dia miskin, dia datang melayani di Gereja setiap pagi. Dia berdoa untuk 87 jemaat Gereja setiap hari. Dan setelah dia selesai berdoa, dia membersihkan gereja.”

Saya mendengar malaikat lain berteriak, “Kiriman spesial! Anak perempuan si penatua telah memberikan satu-satunya uang yang ia miliki kepada ibunya. Tetapi, si penatua tidak memakai uang itu untuk kepentingannya sendiri. Dia membeli 5 butir telur dan 2 pasang kaos untuk pendeta Gereja. Walaupun sepertinya halnya sebuah persembahan yang kecil, dia telah memberikan semua yang dia miliki. Ini menjadi bahan spesial untuk rumahnya di Sorga.”

Kedua, mereka yang memiliki rumah besar adalah mereka yang telah membangun gedung gereja atau gedung lain untuk Kerajaan Allah dengan harta dan penghasilan mereka.

Di Sorga, saya juga bertemu dengan seorang penatua bernama Choi. Di antara penatua dan gembala yang ada di Sorga, dia memiliki rumah yang paling indah. Rumahnya lebih tinggi daripada gedung yang paling tinggi di Korea. Choi telah membangun banyak gedung Gereja di Korea dengan kekayaannya.

Saya bertanya kepada malaikat, “Bagaimana dengan rumah saya? Apakah dalam proses pembangunan?” Malaikat menjawab, “Tepat sekali!” saya memohon untuk melihat rumah saya. Tapi mereka mengatakan kepada saya bahwa hal tersebut tidak diizinkan. Saya terus saja memohon dan setelah tak henti-hentinya memohon, malaikat mengatakan bahwa sekarang saya telah diizinkan oleh Tuhan untuk melihatnya.

Kami memasuki kereta dan menuju ke suatu tempat yang sangat jauh. Saya penuh dengan pengharapan. Saya bertanya, “Dimanakah rumah saya?” Malaikat menjawab, “Ada di sana!” Tapi yang terlihat hanyalah sebuah fondasi, hanya siap untuk pembangunan. Saya menangis, “Mengapa kau melakukan hal ini pada saya? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin rumah saya berada dalam area pembangunan? Setelah selamat dari perang Korea, saya menjual rumah saya untuk membangun gedung Gereja. Gereja ini bertumbuh hingga 5000 jemaat. Saya menulis banyak buku yang diilhamkan oleh Roh Kudus. Salah satu buku menjadi best seller. Dari hasil penjualan buku, saya membangun sekolah Kristen. Sekolah telah melahirkan 240 pendeta. Saat masih menjadi Dekan, saya telah memberikan lebih dari 400 beasiswa kepada lebih dari 400 anak-anak miskin. Saya telah membangun rumah bagi janda-janda untuk tinggal. Semuanya ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Mengapa rumah saya berada dalam area pembangunan saja? Saya sangat frustrasi!”

Malaikat menjawab, “Kamu tidak pantas untuk tinggal dalam rumah yang indah di Sorga karena kamu telah menerima penghormatan dari manusia berulang kali. Setiap kali telah membangun atau melakukan sesuatu yang baik, kamu dipuji oleh manusia. Kamu bahkan menerima pujian dari koran setempat. Karena itu, semua pekerjaanmu menjadi sia-sia.” (Mat 6:1).

Saya melihat kepada rumah saya di area pembangunan. Lokasinya terletak di tengah-tengah tiga rumah lainnya. Hanya ada 3 lantai. Rumah tersebut memiliki banyak kamar kecil di dua lantai pertama. Saya bertanya kepada malaikat, “Mengapa saya memiliki kamar-kamar kecil?” Malaikat menjawab, “Kamar-kamar ini diperuntukkan bagi putra dan putrimu.”

“Saya hanya mempunyai empat orang anak,” Saya menjawab. Malaikat merespon, “Bukan, kamar-kamar tersebut bukan untuk anak-anak duniawimu, tetapi untuk mereka yang telah kamu injili dan selamat.” Saya suka itu! Saya bertanya, “Dimanakah kamar tidur saya?” Malaikat berkata bahwa kamar saya berada di atas atap. Hal itu menganggu saya. Kamar saya bahkan belum selesai. Dengan nada marah saya berkata, “Ruangannya sangat kecil! Mengapa begitu sulit untuk diselesaikan?!” Malaikat menjawab, “Kamu bahkan belum meninggal. Kami tidak bisa menyelesaikan rumah atau kamarmu karena kami tidak tahu bila ada bahan-bahan yang akan ditambahkan kemudian. Apakah kamu mengerti?”

Ketika kami memasuki kamar saya, saya melihat dua sertifikat di dinding, kemudian saya membacanya. Sertifikat pertama menggambarkan saya saat berumur 18 tahun tinggal di rumah yatim piatu. Pada hari Natal saat saya dalam perjalanan pulang ke ibadah pagi, saya melihat seorang laki-laki tua tiduran di jalanan. Saya melepaskan jaket saya dan memberikannya kepadanya. Tindakan itu telah memberi saya upah di Sorga. Sertifikat yang kedua menggambarkan kejadian yang sama tetapi untuk membelikan makanan kecil bagi seorang pria tua. Bukan masalah seberapa banyak uangnya. Tindakan tersebut harus disertai dengan hati yang tulus.

Kami meninggalkan tempat tersebut dan menuju ke tempat semula. Dalam perjalanan, salah seorang dari malaikat bertanya, “Apakah kamu sedih? Saya akan memberitahu kamu bagaimana caranya untuk membangun rumah yang indah. Tuhan berkata saat kamu kembali ke bumi, kamu harus pergi memberitahukan orang-orang tentang Surga dan Neraka seperti yang telah kamu saksikan.

Kedua, Tuhan menginginkan kamu untuk membangun sebuah tempat bagi para pendeta tua wanita dan penginjil yang tidak memiliki tempat untuk bernaung. Jika kamu setia melakukan semuanya ini, kamu akan memiliki rumah yang indah.”

NERAKA

Kedua malaikat tersebut mengawal saya ke Neraka. Mereka berkata, “Sekarang kamu akan mengunjungi Neraka.” Anda tidak bisa membayangkan betapa luasnya Neraka. Saya terus berteriak, “Sangat besar! Sangat besar!” Disini adalah tempat dimana jiwa-jiwa yang terkutuk dan menerima penghukuman kekal berada. Rasanya seperti Neraka 1000 kali lebih luas dari bumi. Setengah dari Neraka berwarna merah dan setengahnya lagi berwarna hitam gelap. Saya bertanya kepada malaikat, “Mengapa bagian ini berwarna merah?”

Malaikat menjawab, “Tidakkah kamu tahu? Itu adalah bara sulfur. Setengahnya lagi adalah kegelapan. Ketika manusia berdosa dan berakhir disini, mereka akan disiksa dari kedua sisi..... Ada beragam jenis Gereja di Bumi dan banyak Gereja yang ibadahnya dihadiri banyak orang. Tetapi, kebanyakan dari mereka bukan orang Kristen sejati. Mereka hanyalah pengunjung. Gereja yang benar akan percaya adanya Sorga dan Neraka. Hidup banyak orang Kristen berada dalam bahaya karena mereka tidak percaya adanya Sorga dan Neraka. Ketika seorang jiwa masuk ke Sorga, 1000 jiwa terkutuk masuk ke Neraka. Perbandingan jumlah Surga dan Neraka adalah 1:1000.” (Mat 7:14).

Saya seorang pendeta Presbyterian dan seorang pembicara terkenal. Saya lulusan sekolah teologi terbesar di Korea. Saya tidak pernah percaya kisah Sorga dan Neraka. Tetapi sekarang, saya salah seorang yang menulis pengalaman serupa untuk bersaksi kepada yang lain. Walaupun Anda yakin telah menjadi seorang Kristen, jika Anda menjalani kehidupan Anda mengikuti kehendak setan, Anda akan berakhir di Neraka!

Tempat pertama yang saya lihat adalah bara sulfur. Anda bahkan tak bisa bayangkan betapa panasnya api Neraka itu. Tidak ada seorang pun yang dapat menahan panasnya itu.

Orang-orang di Neraka mengungkapkan tiga pernyataan:
1. Terlalu panas dan mereka merasa sekarat. (Luk 16:24)
2. Mereka merasa haus dan merasa sekarat.
3. Mereka minta air. (Zakh 9:11)

Sampai kekekalan! Banyak orang berkata kita bebas di dalam Kristus dan mereka menjalani hidup mereka seperti yang mereka inginkan. Saya bertanya kepada malaikat, “Mereka yang berada di sini, apa yang telah mereka lakukan?” Malaikat menjawab, “Grup pertama adalah orang-orang yang tidak percaya.” Mereka yang tidak menginjili anggota keluarganya harus bertobat!

Malaikat kemudian meneruskan, “Grup kedua adalah mereka yang percaya kepada Yesus, tetapi tidak bertobat dari dosa mereka.” Kita harus bertobat dari dosa kita dan mengakuinya di hadapan Tuhan. Kita tidak boleh berdosa. Hanyalah ucapan mulut bukanlah sebuah pertobatan. Dengan hati yang hancur dan tulus, kita harus bertobat!

ORANG KRISTEN DI NERAKA
Saya kemudian melihat banyak pendeta, penatua, dan majelis di Neraka. Saya bertanya kepada malaikat, “Saya mengenal mereka. Mereka telah melayani Tuhan dengan setia saat di bumi. Mereka telah meninggal beberapa waktu yang lalu. Kami semua telah berpikir bahwa mereka ada di Sorga bersama Tuhan. Tetapi sekarang, saya melihat mereka di Neraka dan mereka menangis kepanasan! Mengapa mereka ada disini?” Ada begitu banyak pendeta, penatua, majelis dan umat percaya.

Malaikat menjawab, “Pendeta Park Yong Gyu, seseorang bisa terlihat sebagai seorang pengikut Kristus yang sejati tetapi Tuhanlah yang tahu hati seseorang. Mereka di sini karena mereka tidak menjaga hari Minggu tetap kudus. Kenyataannya, mereka suka menghasilkan uang pada hari Minggu. (Yer 17:27). Banyak majelis dan penatua yang mengkritik khotbah pendeta mereka. (Mzm 105:5 ; Bil 12: 8-9). Mereka tidak memberi perpuluhan dengan benar. (Mal 3:9) Mereka tidak berdoa. Banyak dari para penatua dan majelis ini telah menyerang pendeta mereka dan melanggar otoritas mereka. Mereka telah mencampuri tugas dan urusan pendeta mereka. (Bil 16) Mereka tidak menginjili orang sama sekali.(Yeh 33:6). Saat mereka sedang sekarat, mereka pikir mereka telah melakukan pekerjaan yang baik sehingga mereka tidak bertobat. Inilah mengapa mereka dilempar ke dalam api Neraka.”

Saya kemudian melihat seorang Raja dan seorang Pangeran yang pertama kali menganiaya orang-orang Kristen di Korea. Mereka ditempatkan di tengah, yang merupakan tempat terpanas. Saya juga melihat Hitler, Stalin, Mao Zhe Dong, dan seorang pendeta terkenal dari Korea Utara bernama Pendeta Kang, dan seorang pahlawan Jepang yang terkenal, dan banyak lagi.

Kemudian kami tiba pada bagian yang paling gelap, terlalu gelap untuk melihat langkah-langkah kami sekalipun. Saya berteriak, “Malaikat! Malaikat! Sangatlah gelap! Bagaimana saya dapat melihat?” Malaikat menepuk pundak saya dan berkata, “Tunggulah sejenak.”

Dalam beberapa saat, saya dapat melihat sejumlah besar orang yang telanjang. Di seluruh tubuh mereka ada begitu banyak serangga yang merayap. Tak 1 inchi pun yang bebas karena serangga itu memenuhi tubuh mereka. Orang yang telanjang itu berusaha mengibaskan serangga-serangga hingga mengertakan gigi mereka. “Apa yang telah mereka lakukan saat mereka hidup di bumi?”

“Mereka adalah orang-orang yang telah mengkritik dan menggosipkan orang lain di belakang mereka. Mereka tidak berhati-hati dengan apa yang mereka ucapkan mengenai orang lain.” (Mat 5:22).

Saya melihat para setan menusuk dan menikam perut orang-orang dengan tombak. Teriakan mereka sungguh memilukan. Saya bertanya kepada pengawal saya, “Malaikat, apa yang telah orang ini lakukan selama mereka hidup di bumi?”

“Orang-orang ini memiliki pekerjaan, rumah, dan keluarga tetapi mereka tidak memberi kepada Tuhan. Mereka tidak membantu orang-orang miskin, Gereja mereka, atau tujuan ilahi lainnya. Mereka sangatlah pelit dan rakus. Walaupun mereka bertemu dengan orang miskin, mereka mengabaikan orang miskin tersebut dan tidak perduli. Mereka hanya perduli pada diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Mereka berpakaian sangat bagus, berkecukupan dan memiliki kehidupan yang nyaman. Inilah mengapa perut mereka ditusuk karena perut mereka penuh dengan keserakahan.” (Ams 28:27).

Hal itu adalah pemandangan yang menakutkan. Setelah menyaksikan pemandangan demikian, ketika saya kembali ke bumi, saya memberikan semua uang dan harta kepada yang lain. Keselamatan tidak bisa diperoleh dengan uang atau harta, tetapi dengan iman. Neraka adalah tempat yang tidak tertahankan dan menyengsarakan. Hal itu adalah penyiksaan kekal!

Saya juga melihat orang yang kepalanya dipenggal dengan kapak yang sangat tajam. Saya bertanya kepada malaikat, “Apakah yang telah dilakukan orang-orang ini hingga mereka mendapat siksaan yang mengerikan?” Malaikat menjawab, “Otak mereka telah diberikan Tuhan untuk memikirkan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Tetapi orang-orang ini telah memikirkan hal-hal yang kotor. Mereka memikirkan hal-hal yang penuh nafsu.” (Mat 5:28).

Berikutnya saya melihat orang-orang ditikam dan dipotong hingga beberapa bagian. Pemandangan itu sangat mengerikan. Saya bertanya, “Bagaimana dengan orang-orang ini? Apakah yang telah mereka lakukan hingga mereka disiksa seperti demikian?” Malaikat menjawab, “Mereka adalah penatua dan majelis yang tidak melayani Gereja mereka. Bahkan, mereka tidak mau bekerja atau melayani! Satu-satunya hal yang mereka sukai adalah untuk menerima dan menerima dari para anggota jemaat.” (Zakh 11:17; Hos 6:5).

Saya melihat para penatua, majelis, dan juga umat percaya lainnya disiksa oleh para setan. Para setan membuat lubang di lidah tiap-tiap orang dan menaruh kawat panjang kemudian menarik mereka dengan kawat yang saling terhubung itu. Saya bertanya lagi, “Apa yang telah mereka lakukan di bumi?”

Malaikat menjawab, “Mereka telah melakukan empat jenis dosa yang berbeda:

1. Mereka telah mengkritik pendeta mereka. Mereka akan mengatakan hal-hal yang negatif mengenai pendeta mereka. Mereka bergosip dan menertawakan pendeta mereka.” (Yak 3:6 ; Mat 12:37).

Saya memohon kepada mereka yang telah melakukan dosa yang demikian, BERTOBAT! BERTOBAT!!

Malaikat melanjutkan,

2. Mereka menghina Gereja dengan ucapan mereka.

3. Mereka telah melukai orang-orang Kristen lainnya sampai pada titik bahkan mereka yang setia pun terluka dan mereka berhenti mengunjungi Gereja dan bahkan menyebabkan beberapa dari mereka berhenti percaya. Mereka melakukan semua hal yang mereka bisa untuk menghentikan orang-orang Kristen yang setia dari melakukan pekerjaan Allah. Orang-orang jahat ini menyebabkan banyak orang setia tersandung.

4. Mereka adalah suami istri yang minum alkohol dan bertindak kejam kepada anggota keluarga mereka.

Saya melihat para setan menusuk pria dan wanita di perut mereka dengan paku yang sangat tajam dan besar. Saya bertanya, “Apa yang telah mereka lakukan?” Malaikat menjawab, “Mereka adalah pria dan wanita yang telah hidup bersama tanpa komitmen pernikahan. Mereka bersalah karena aborsi ketika mereka menjadi hamil. Mereka tidak pernah bertobat!”

Saya melihat grup orang lainnya. Para setan mengiris bibir mereka seperti mengiris tipis daging atau sayuran. Saya bertanya, “Mengapa orang-orang ini disiksa dengan cara demikian?” Malaikat menjawab, “Mereka adalah putra, putri, menantu pria dan menantu wanita yang telah membantah orangtua mereka. Apa yang seharusnya mereka lakukan hanyalah mengatakan “Saya minta maaf” bukannya membuat keadaan menjadi bertambah buruk. Banyak dari mereka telah menggunakan kata-kata yang kasar. Mereka telah menyerang orangtua mereka dengan kata-kata yang keras. Mereka memberontak, itulah mengapa bibir mereka diiris.”

Saudara, kita suatu hari akan meninggal, tapi kita tidak tahu kapankah hal itu akan terjadi. Saya mohon, bersiap-siaplah! Menjadi siap untuk pergi ke Sorga. Kapankah kita pergi tidaklah penting. Tolong ampunilah setiap orang sebanyak mungkin sebanyak yang diperlukan. Bertobat dan bertobat dan lakukanlah hal tersebut sepanjang hari bila memang perlu.

Saudaraku yang terkasih, saya biasanya mengabaikan kesaksian yang demikian. Saya seorang pendeta Presbyterian kuno yang mengabaikan hal-hal yang demikian. Tetapi sekarang, saya harus menyaksikan dan bersaksi kepadamu apa yang telah saya lihat. Tolong janganlah ragu untuk hidup kudus. Tolong hindari siksaan dan penghakiman yang menyengsarakan ini. Jadilah selamat! Janganlah hidup secara duniawi tetapi serahkanlah dirimu bagi Kerajaan Allah. Tolong berdoalah bagi mereka yang belum mengenal Yesus. Menginjili dan berbuahlah. Tolong berdoalah di subuh hari dan jagalah hari Minggu tetap kudus. Tolong berilah kepada Tuhan persepuluhan dengan benar. Kumpulkan upahmu di Sorga dan bukan di bumi ini. Saya berdoa dan memberkatimu dalam nama Tuhan Yesus yang berkuasa!

Ditulis oleh Pastor Park Yong Gyu 

Sumber: Pentas-kesaksian.blogspot.com

Monday, February 20, 2012

Panggilan Tugas - Jangan Mudah Menghakimi!


(Matius 7:1) - "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi."

Seorang dokter memasuki rumah sakit dengan terburu-buru setelah ditelpon untuk menangani operasi darurat. Dia telah menanggapi telp itu secepat mungkin, bergegas ganti pakaian dan pergi menuju rumah sakit langsung ke blok ruang operasi. Ia mendapati ayahnya anak yang kecelakaan itu, yang sedang berjalan mondar mandir di gang depan ruang operasi menunggu dengan tak sabar kedatangan sang dokter.

Begitu sang ayah melihat kedatangan dokter, dia berteriak, "Mengapa anda sedemikian lama datang ke sini? Tidak tahukah nyawa anak saya sedang ada dalam bahaya? Apakah anda tidak punya rasa tanggung jawab?"

Dokter itu tersenyum dan berkata, "Maafkan saya, saya tadi tidak ada di rumah sakit dan saya telah berusaha sampai kesini secepat mungkin setelah saya terima panggilan telpon... Dan sekarang, saya harap bapak tenang saja sehingga saya dapat melaksanakan tugas saya."

"Tenang? Bagaimana kalau anak lelaki anda ada di ruang operasi sekarang, apakah anda akan tenang? Bagaimana kalau anak lelaki anda mati sekarang, apakah anda akan tenang?" sahut sang ayah dengan marah.

Dokter itu tersenyum lagi dan menjawab, "Saya akan katakan apa yang Ayub katakan di dalam Alkitab 'Dari tanah kita berasal dan kepada tanah kita akan kembali, terpujilah nama Tuhan'. Para dokter tidak dapat memperpanjang umur. Pergilah dan berdoalah bagi anak lelaki anda, kami para dokter akan melakukan apa yang terbaik dengan kasih karunia dari Tuhan."

"Memberi nasihat sewaktu tidak ada urusan dengan kita itu memang gampang sekali." gumam sang ayah.

Pembedahan terhadap anak itu perlu beberapa jam dan setelah itu sang dokter keluar ruang operasi dengan senang.

"Syukurlah! Anak anda telah selamat!" Dan tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter itu segera bergegas pergi sambil berkata, "Jika ada pertanyaan, tolong sampaikan kepada perawat!"

"Kenapa dokter itu demikian sombong? Kenapa dia tidak menunggu beberapa menit sehingga saya dapat menanyakan keadaan anak saya?" kata sang ayah kepada perawat segera setelah dokter berlalu.

Sang perawat menjawab seraya airmatanya mengalir di wajahnya, "Anaknya meninggal kemarin karena kecelakaan di jalan raya. Dokter itu sedang di rumah duka ketika kami menelponnya untuk mengoperasi anak anda. Dan sekarang dokter itu telah menyelamatkan anak anda, dia segera kembali untuk acara pemakaman."

JANGAN PERNAH MENGHAKIMI siapapun karena kita tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi dalam kehidupan orang lain atau apa yang sedang dialami orang itu.

Sumber : PENTAS KESAKSIAN http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Hidup Tanpa Air mata menjadi Makananku

Lesu aku karena mengeluh, setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku. (Mazmur 6:7)

Yaah…. air mata identik dengan masalah, kesesakan dan kesedihan hati.
Kita sering mengasosiasikan orang yang sedang menangis sebagai orang yang sedang menderita, walaupun ada juga air mata bahagia…, karena saking terharunya atas suatu peristiwa yang membahagiakan hati. Tapi memang lebih banyak air mata keluar dikarenakan penderitaan.

Bani Korah menuliskan mazmur yang menunjukkan kesesakan hatinya,
Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku, “Di mana Allahmu?”(Mazmur 42:4a)

sampai-sampai air mata terus mengalir tiada henti-hentinya…

Masyarakat sering menganggap orang yang mudah menangis adalah orang yang lemah hati, bahkan ada ajaran tak tertulis “Anak laki-laki sejak kecil harus diajarkan tidak boleh menunjukkan air matanya di depan orang lain”, karena terkesan lemah dan tidak jantan…
Sampai suatu hari untuk pertama kalinya…. yaaah untuk pertama kalinya saya menyadari, ‘betapa beruntungnya saya masih punya air mata’. Betapa beruntungnya teman-teman , karena teman-teman masih bisa menangis…..

A MAN WITHOUT TEARS
Tanggal 28 November 2010 saya mendengarkan langsung kesaksian Pdt Samuel Irwan Santoso.
Suatu kesaksian yang mengharu-biru. Beliau pernah terkena penyakit kulit maha dahsyat yang sekarang meninggalkan jejak di matanya. Tidak bisa menangis lagi karena kelenjar air matanya sudah mampet akibat penyakit yang dialaminya.
Melihat penampilan beliau ketika berkotbah, sepintas tidak ada perbedaan dengan orang lain pada umumnya, kecuali mata yang kelihatan agak basah …
Menelusuri kesaksiaannya, jelas sekali panggilan beliau adalah sebagai hamba Tuhan.
Samuel Irwan, sejak umur 14 tahun sudah melayani Tuhan, dan setahun kemudian sudah menjadi pengkhotbah cilik. Setamat SMA, Samuel Irwan melanjutkan pendidikan di Sekolah Theologia STT Tawangmangu.
Di sekolah inilah Samuel Irwan mengalami pembentukan karakter lebih lagi, dan sebelum lulus Samuel Irwan bernazar, kelak akan melayani Tuhan sepenuh waktu, di manapun Tuhan akan mengutus dan menempatkannya.

TEMPAT MULAI MENJALANI NAZAR
Setelah lulus dari STT Tawangmangu, tahun 1993 Samuel Irwan menjalani masa praktek dan ditempatkan di Kecamatan Mangkupalas, Samarinda, Kalimantan Timur.
Di tempat inilah ia mulai menjalani kehidupan sebagai hamba Tuhan sepenuh waktu. Semua dijalani dengan sukacita dan penuh semangat walaupun harus meninggalkan kehidupan nyaman di Surabaya dan menjalani kehidupan yang berat di Kalimantan dengan persembahan kasih yang sangat kecil.
Hanya Rp 80.000 per bulan.
Tinggal di rumah yang sangat sederhana, banyak tikus berkeliaran, mengepel rumah, mencuci pakaian dan piring di parit, membersihkan gereja, melayani sebagai pengerja di gereja adalah kegiatan yang dijalaninya hari demi hari. Tidak terasa sudah dijalani selama 2 tahun.

MERALAT NAZAR
Bagaimana saya bisa berumah tangga dengan kehidupan ekonomi yang minim seperti ini?
Mana ada yang mau jadi istri saya?
Mana ada orang tua yang mau memberikan anak perempuannya kepada saya?
Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya?”

Berbagai pertanyaan dan keluhan mulai menyesakkan hatinya di tengah-tengah kerinduan untuk mulai membina rumah tangga. Dan hatinya memang sudah mulai terpaut dengan seorang gadis cantik yang dikenalnya di pertandingan vocal group di sebuah gereja di Samarinda.
Samuel Irwan mulai memikirkan untuk tidak lagi menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu. Apalagi banyak testi anak-anak Tuhan yang sukses dalam pekerjaan tapi juga tetap setia melayani Tuhan, membuat ia memutuskan berhenti jadi fulltimer dan mulai melamar pekerjaan sekuler.
Ketika gembala sidang bertanya tentang nazarnya, Samuel Irwan berkata, “Saya meralat nazar saya.”
Airmata dan perkataan gembala sidang, “Gereja memang nggak bisa memberikan gaji besar, tapi Tuhan mampu pelihara hidupmu…..” tidak mampu menghentikan tekad Samuel Irwan untuk berhenti jadi fulltimer gereja.

Berbekal ijazah SMA, kemampuan komputer dan Inggris, tahun 1995, Samuel Irwan diterima bekerja di sebuah perusahaan kayu. Benar-benar mulai dari posisi bawah , hanya sebagai operator radio.
Karena keuletannya dalam bekerja dan kemampuannya di bidang komputer, hanya dalam waktu 5 bulan ia diangkat menjadi kepala produksi log di perusahaan kayu itu.
Berkat finansial mulai mengalir dengan deras sehingga bisa mengontrak rumah, membeli perabotan, sepeda motor membuatnya yakin berada di track yang benar.
Menikah dengan Erna S. Tjandra, di tahun 1996 dan dikaruniakan seorang putri setahun berikutnya membuat kebahagiannya semakin lengkap. Kedudukan tinggi di perusahaan, punya istri, anak, rumah, kendaraan.
What else could make him happier?
Kalau dulu saat ingin bekerja di dunia sekuler, Samuel Irwan berkata kepada Tuhan, akan melayani Tuhan sambil bekerja, sekarang keinginan melayani sudah tidak prioritas lagi.
Peringatan dari hamba-hamba Tuhan yang mengingatkan akan nazarnya tidak diindahkan.
Sampai…….

STEVENS-JOHNSON SYNDROM (SJS)
2 Januari 1998, Samuel Irwan merasakan keluhan masuk angin, demam, tenggorokan sakit dan mata merah. Sepertinya sakit biasa. Berobat ke dokter mata, dan diberikan paracetamol untuk menurunkan demam. Keesokan harinya, ternyata demam tidak kunjung turun juga, malah mulai timbul bintik-bintik merah pada lengannya. Telapak tangan dan kaki terasa sakit dan nyeri jika memegang atau menginjak suatu benda keras.
Berinisiatif sendiri untuk pergi ke dokter umum dan diresepkan obat pembunuh virus Zoter 400mg karena menurut diagnosa dokter ia terkena infeksi virus ditambah dengan obat penurun panas. Samuel tidak menceritakan kepada dokter umum itu bahwa ia juga diberi beberapa jenis obat oleh dokter mata. Selain itu ia juga membeli beberapa obat flu bebas dan jamu, apa saja yang menurut pengetahuannya bisa menyembuhkan gejala-gejala yang dialaminya.

Setibanya di rumah, Samuel Irwan meminum semua obat dari kedua dokter tersebut, ditambah obat bebas yang dibeli sendiri, semua dengan dosis yang tertulis, karena ingin cepat sembuh.
Akibatnya sungguh mengerikan karena mencampur sendiri beberapa jenis obat tersebut.
Bintik-bintik merah itu mulai melepuh dan gosong, dan mulai merambat sampai ke dada, tengkuk, leher, muka dan kondisi mata semakin memburuk, semakin merah. Kerongkongan, rongga mulut dan lidah juga melepuh. Tidak cukup sampai di situ, kondisi ini semakin tambah parah karena di kulit seperti ada air dan nanah yang membusuk.

Dirujuk ke RS di Samarinda, 7 Januari 1998 Samuel Irwan menjalani rawat inap.
Salah seorang anggota tim dokter yang menangani, seorang dokter kulit mengatakan bahwa Samuel Irwan mengidap penyakit Stevens-Johnson Syndrome (SJS) stadium 3.
Kondisi tubuh Samuel Irwan saat itu seperti orang yang terkena luka bakar 80%. Semua bagian tubuh tidak ada yang terluput; melepuh, gosong, dan bernanah, dari kepala sampai ujung kaki, kecuali paha dan betis.

DI BATAS AKHIR KEKUATAN
Samuel Irwan mengingat masa itu, “Kalau sedang tidur dengan posisi miring, dan tidak hati-hati dan pelan-pelan menggerakkan wajah ke posisi lain, maka kulit muka akan tercuil dan lengket di seprei. Pediihhh sekali…..”
Demam juga tidak kunjung turun, sampai 42 derajat Celcius, sehingga kalau sedang menggigil ranjang bergoncang dengan kerasnya seperti sedang gempa bumi. Harus dimasukkan ke ruang isolasi, bukan karena SJS ini adalah penyakit menular, tetapi karena takut penyakit pasien lain menular kepada Samuel Irwan yang dapat memperburuk keadaannya.
Suatu hari mata yang selalu merah itu seperti kelilipan dan Samuel meminta suster untuk menyiram matanya dengan boorwater. Ketika bangun tidur, bukannya jadi baikan, ternyata malah kedua belah mata jadi putih semua, seperti ditutupi kertas HVS putih. Samuel Irwan sangat marah kepada para dokter dan suster yang merawatnya. Dan juga sangat marah kepada Tuhan, “Tuhaaaan….. saya butuh mata ini untuk bekerja…..”
Saat di batas akhir kekuatannya, saat mata tidak lagi bisa dipakai untuk melihat, Samuel Irwan minta pengampunan kepada Tuhan.

DIA HANYA INGIN SAYA KEMBALI PADA-NYA
Dokter di Samarinda semuanya sudah angkat tangan dan merujuk Samuel Irwan ke rumah sakit di Surabaya. Malam sebelum keberangkatan ke Surabaya, Samuel Irwan menyadari panggilannya kembali.
Ia memanggil gembala sidangnya yang dulu, untuk berdoa minta ampun karena lari dari Tuhan.
Saat itu Samuel Irwan berjanji jika Tuhan masih beri kemurahan untuk hidup maka ia akan melayani Tuhan sepenuhnya kembali.
Dengan bantuan seorang gembala GBI di Samarinda, Samuel Irwan dibawa ke Surabaya. Kondisi Samuel saat itu tidak bisa berjalan lagi karena kaki juga melepuh. Saat akan naik tangga pesawat, karena tidak bisa berjalan, seorang portir yang tidak mengetahui penyakitnya, berusaha menolong dengan menggendong Samuel ke kabin pesawat. Gerakan tiba-tiba mengangkat Samuel yang sedang duduk di kursi roda, membuat kulitnya robek tertarik, dan Samuel menjerit keras sekali. Perjalanan yang sangat tidak mudah untuk sebuah harapan kesembuhan.

WALAUPUN TIDAK ADA DASAR UNTUK BERHARAP
Tim dokter yang menerima di Surabaya sangat kaget melihat kondisi tubuh Samuel Irwan. Mereka tidak menyangka kondisi Samuel sudah begitu parah sekali.
Sebelumnya mereka pernah menangani pasien yang mengidap sakit SJS ini dengan kondisi hanya sepertiga dari kondisi Samuel. Pasien ini akhirnya meninggal dunia, …. apalagi Samuel?
Saat baju dibuka untuk dirontgen, kulit punggung kembali robek.
Warna yang putih dipunggung adalah daging yang kelihatan akibat kulit tersobek, dan warna merah adalah darah yang keluar. Detail hasil rontgen: lambung, pankreas, liver, bagian-bagian dalam tubuh, semuanya rusak. Sehingga diperkirakan Samuel hanya bisa bertahan 3 minggu.

Karena sudah menjalani penyakit SJS ini sejak 2 Januari 1998, maka diperkirakan Samuel Irwan hanya bisa bertahan sampai 23 Januari 1998. Sehingga diminta untuk segera menghadirkan istrinya ke Surabaya, membawa anak mereka yang baru berusia 2 bulan. Seorang dokter kulit lulusan Jerman berkata, kalaupun Samuel bisa sembuh dari penyakit SJS ini, perlu 2 tahun untuk recovery kondisi kulitnya untuk kembali seperti semula. Dokter mata, yang juga lulusan Jerman berkata, kalaupun sembuh, akan buta selamanya, tidak ada lagi harapan untuk mata Samuel.

Tiada dasar untuk berharap, namun Samuel Irwan tetap berharap kepada Tuhan seperti Abraham dalam kitab Roma, Sebab sekalipun  tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa  Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
(Roma 4:18-21)

ISTRI YANG CAKAP LEBIH BERHARGA DARI PERMATA
Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.
(Amsal 31:10)

Ayat ini layak ditujukan kepada Erna Tjandra, istri dari Samuel Irwan, yang dengan tekun merawat suaminya. Tidak pernah sekalipun menunjukkan kejijikan kepada suami yang sudah sangat hancur tubuhnya. Dengan kondisi yang sudah sangat berbau busuk dan amis, tidak pernah sekalipun Erna masuk ke ruangan isolasi dengan memakai masker. Tidak pernah sekalipun.
Dengan setia ia merawat borok-borok di tubuh Samuel, menyikat gigi Samuel dengan jari-jarinya, membersihkan kotoran di ranjang, semua dilakukan tanpa mengeluh dan selalu tersenyum.
Semua dilakukan dengan kasih. She showed us an unconditional love.
Tidak terkira impartasi kekuatan yang diberikannya kepada sang suami yang sedang berjuang melawan maut. Erna berkali-kali menguatkan Samuel untuk tetap berharap kepada Tuhan.

PENDERITAAN TAK BERUJUNG
Rutinitas pengobatan Samuel setiap hari juga menjadi rutinitas penderitaannya. Tubuh yang sudah melepuh, gosong, bernanah itu setiap hari harus diberi salep dan diperban. Esok paginya perban itu harus diganti. Ketika perban dibuka maka kembali kulitnya sobek dan menempel di perban tsb. Sakit sekali, dan harus dijalani selama 1,5 jam dari pukul 9 pagi sampai 10.30 siang. Setiap hari selama 1,5 jam berteriak-teriak kesakitan. Demikian juga ketika seprei akan diganti. Kembali kulit akan tersobek dan lengket di sprei.

Dukungan dari istri dan pihak keluarga Samuel Irwan sangat besar sekali.
Tak henti-hentinya mereka berdoa puasa rantai memohon kemurahan Tuhan untuk menyembuhkan Samuel.
Tapi keadaan Samuel bukannya membaik, malah bertambah parah. Ke 20 kuku di jari-jarinya copot satu persatu, telapak tangan dan kaki menggelembung berisi air, telinga dan hidung melepuh mengeluarkan darah. Berat badan turun dari 68 kg menjadi 43 kg. Sistem reproduksi juga diserang sehingga diperkirakan kalaupun sembuh tidak bisa punya keturunan lagi. Keadaan Samuel bukannya makin sembuh, malah semakin parah.

BERNAZAR LAGI
Samuel kembali berkata, “Tuhan ampuni saya, … kalau saya sembuh, saya akan kembali melayani Engkau sepenuh waktu. Saya akan tinggalkan pekerjaan saya, saya akan bayar nazar saya. Terimalah tubuhku yang sudah busuk ini. Ampuni saya Tuhan….”
Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah. (Mazmur 51:19)
Kalimat di atas dengan tulus dan hancur hati diucapkan seseorang yang pernah berbuat kesalahan dan kemudian kembali kepada Tuhan. Dialah Daud. Sejarah mencatat Tuhan memulihkan Daud.
Bagaimana dengan Samuel Irwan?

TUHAN MASIH MEMBUAT MUJIZAT
Banyak orang yang undur imannya saat doa-doanya belum dijawab oleh Tuhan. Tidak percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan, Tuhan sanggup menjawab doa. Tidak demikian dengan Samuel Irwan, beserta seluruh keluarganya. Juga orang-orang yang setia mendoakannya. Mereka begitu percaya kepada Tuhan dan belas kasihanNya.

Tanggal 23 Januari 1998, tanggal dimana Samuel diperkirakan akan meninggal dunia, justru menjadi titik balik dalam proses kesembuhannya.
Perawat yang seperti biasa tiap pagi merawat kulit Samuel, dikagetkan melihat kulit Samuel mulai mengering dan sembuh. Kekagetan itu bertambah dengan pertanyaan Samuel, “Suster…., saya ini dirumah sakit Adi Husada Kapasari Surabaya ya ?” Dengan terheran-heran, suster balik bertanya, “Loh….kok bapak tau?”. Lalu Samuel menunjuk dengan jarinya sebuah tulisan berwarna merah yang tertera di sprei kasurnya sambil berkata, ”Ini ada tulisannya”. Suster gembira sekali sambil berlari keluar memanggil dokter mata.
Semua tim dokter yang menangai penyakit SJS ini heran sekali atas apa yang dialami Samuel.
Mata bisa sembuh tanpa operasi. Bagian dalam tubuh seperti ginjal, liver, lambung, dll semua sembuh dan normal kemnali. 2 hari kemudian Samuel sudah bisa berjalan kembali, dan proses recovery berjalan dengan cepat. Tidak perlu menunggu sampai 2 tahun untuk kulit Samuel menjadi normal kembali, dan … sembuh tanpa operasi plastik (!!!)

Penyakit SJS terparah yang pernah ditangani di RS tsb, sembuh total (bahkan kini Samuel Irwan sudah dikaruniai lagi anak perempuan ke 2, tanggal 31 Mei 1999, hanya setahun sesudah mengalami kesembuhan).
Tuhan Yesus memang luar biasa. DAHSYAT !!!

MENETESKAN OBAT TETES MATA SETIAP 15 MENIT
Kulit Samuel Irwan menjadi normal kembali. Tidak ada bercak atau tanda sedikitpun yang menyiratkan bahwa ia pernah disiksa oleh penyakit kulit ganas tsb. Kecuali matanya.
Kalaupun dipaksakan untuk mengeluarkan air mata, maka otot kelopak mata atas dan bawah seperti diperas dan terasa sakit sekali. Sehingga mau tidak mau, Samuel harus menggunakan tetes air mata buatan.
Saat berkotbah tiap 15 menit sekali Samuel Irwan meneteskan air mata buatan agar matanya tidak kering dan lengket, tapi semua itu tidak menyurutkan semangatnya melayani Tuhan.

Obat tetes mata yang digunakan saat ini adalah buatan USA “Refresh Liquidgel” berharga $24 per botol, dan habis digunakan dalam 3 hari saja. Belum lagi karena obat ini harus dipesan dari Singapore, maka total biaya untuk pengganti air mata yang harus disediakan perbulan adalah sebesar Rp 3.000.000,-.

BETAPA MAHALNYA SETETES AIR MATA !
Tidak sedikit uang yang sudah dihabiskan untuk pengobatan mata dan pengadaan air mata buatan.
Selama 12 tahun tidak punya air mata (tahun 1998-2010), biaya yang dihabiskan sudah sekitar 1,6 Milyar.
Hanya untuk air mata !!!
Itu sebabnya di awal tulisan ini saya berkata, berbahagialah kalau masih bisa menangis.
Pertama, tingkatan stress bisa diturunkan saat menangis, sehingga kita tidak menjadi depresi. Kedua, tidak perlu bayar M-M an untuk air mata.

Jarak pandang yang hanya sekitar 1 meter, membuat Samuel Irwan harus membawa keker (binocular) saat berada di bandara supaya tidak salah memilih gate dan dan membaca no pesawat.
Ada kesaksian yang luar biasa saat Samuel Irwan sedang berada di Changi, Singapura, sedang transit menunggu pesawat ke Jepang dan Amerika. Seorang polisi India menegur dengan keras mengira Samuel sedang memakai kamera. Dengan tegas ia menegur, “No camera in this airport, sir!”. Samuel menjelaskan bahwa itu binocular untuk menolong membaca karena matanya tidak bisa membaca jarak jauh.
Singkat cerita, Samuel berusaha meyakinkan polisi India tsb dan memperlihatkan bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkannya dari penyakit SJS, sambil menunjukkan foto-foto diri saat menderita SJS yang ada di mobile phonenya. Samuel berkata, “Tuhan menyuruh saya ke Jepang dan Amerika untuk memberitakan kebaikanNya. Apakah Bapak bisa menolong saya menunjukkan meja yang harus saya datangi untuk check-in?”
Apa yang terjadi? Polisi itu menangis.
Ia berkata, “Sebelum saya menolong Anda, Anda harus tolong saya.”
Ternyata sehari sebelumnya polisi ini bertengkar hebat dengan istrinya dan istrinya minta cerai. Anak mereka juga jadi anak berandalan, tidak bisa dikendalikan. Sebuah rumah tangga yang sangat berantakan.
Ia berkata bahwa banyak orang yang menceritakan Yesus sanggup mendamaikan keluarganya, tapi ia pikir semua itu omong kosong. Dan sambil menyentuh tangan Samuel Irwan, polisi itu berkata, “Ini kulit baru, sungguh ini bukti nyata.” Saat itu juga ia minta dibimbing untuk terima Tuhan Yesus.
Sesudahnya, saat mengantar Samuel Irwan boarding ia berkata, “I never feel peace like this, … thank you.”
Di kursi pesawat, Samuel Irwan merenung…., “Tuhan….kalau memang mata ini bisa membuat orang yang suka mengeluh menjadi bisa bersyukur, bisa membuat orang berdosa diselamatkan…., mata saya tidak disembuhkan tidak apa-apa Tuhan…, karena saya bersyukur mata ini bisa memuliakan Tuhan….”

MENCERITAKAN KEBAIKAN TUHAN
Melalui semua yang dialaminya, Pdt Samuel Irwan sudah pergi ke berbagai tempat di Indonesia, bahkan melayani sampai ke bangsa-bangsa untuk menceritakan kebaikan Tuhan.
Keterbatasan fisik tidak mampu mengurangi semangatnya yang rindu melayani Tuhan dan memberitakan kepada uamatNya bahwa Tuhan itu baik dan kuasaNya maha dahsyat.
Banyak orang yang dijamah Tuhan dan disembuhkan, bukan hanya orang yang sakit secara fisik, tetapi juga orang yang sehat tapi sudah jauh dari Tuhan. Merasakan kembali kasih Tuhan dan mengambil keputusan untuk kembali kepada Tuhan.

DALAM KELEMAHANKU, KEKUATAN TUHAN DINYATAKAN
Pernah suatu ketika obat tetes mata sudah habis, sementara pesanan dari Singapura terlambat datang. Ketika botol itu kosong, terjadi mujizat. Setiap kali diteteskan ke mata, obat tsb masih menetes, walaupun kalau botolnya digoncang tidak ada bunyi apa-apa karena memang sudah kosong.
Botol kosong itu terus meneteskan air mata buatan setiap kali digunakan, sampai pesanan obat baru dari Singapura datang. Ketika kembali diteteskan, botol kosong tsb tidak mengalirkan apa-apa lagi, karena penggantinya sudah datang.
Jarak pandang yang hanya 1 meter tidak memupuskan semangat Samuel Irwan untuk belajar lagi dan menyelesaikan pendidikan S1 Theologia di STT Duta Panisal Jember. Walaupun saat kuliah harus membawa alat bantu sepertibinocular dan kaca pembesar agar bisa membaca lebih jelas.
Kegigihannya dan semangat pantang menyerah juga dibuktikan dengan melanjutkan sampai study Magister dibidang Biblical Strata 2, dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Masih belum cukup, seakan berpacu dengan waktu, Samuel Irwan meneruskan study penggembalaan dan penginjilan di Haggai Institute Hawaii USA. Semua dilakukan dalam segala kelemahan yang dimilikinya. Tapi kekuatan Tuhan yang menopangnya, membuat Samuel Irwan mampu melalui semuanya dengan baik.

Berbeda-beda interpretasi orang yang mendengarkan kesaksian bapak Pdt Samuel Irwan Santoso, S.Th, MA, yang sejak tahun 2006 hingga sekarang menggembalakan jemaat di GBI Bontang, Kalimantan Timur.
Tapi yang tertanam di hati saya, adalah :
TUHAN ITU BAIK
Kalau teman-teman dan saya diijinkan untuk mendengar atau membaca kesaksian ini, pasti karena Tuhan ingin kita lebih bersyukur lagi menjalani hari-hari yang tidak semakin baik ini.
Kalau sedang menangis di hari-hari ini, bersyukurlah, karena semua air mata kita itu gratis dari Tuhan. Bayangkan kalau kita harus bayar Rp 3 juta per bulan hanya untuk air mata?
Dan sekalipun saat ini kita sedang menangis, Tuhan ingin kita semua tahu, bahwa Ia tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya. Melewati lembah bayang-bayang maut sekalipun, kita tidak takut bahaya, karena Tuhan menyertai kita.

God Bless you all..... :)
Sumber: Juliamanik.blogspot.com

Thursday, February 16, 2012

When God Ran (Animated Music Video)


Apakah engkau sudah menjauh dari Tuhan?
Tuhan tetap menunggumu. Bahkan Ia akan berlari memelukmu jika engkau mau kembali padaNya. Jesus Love you, guys! :)

Bagi yang ingin mendownload videonya, bisa download disini:When God Ran
Untuk file lagu Mp3 nya, silahkan download di sini: When God Ran

Sumber: jesus-mp3.blogspot.com

Sunday, February 12, 2012

Senyum :)


Ia tersenyum pada lelaki tak dikenal yang murung itu,
senyum itu tampaknya membuat perasaannya lebih baik.
Lelaki itu teringat kebaikan seorang temannya dulu dan menyuratinya untuk berterima kasih.
Temannya sangat senang menerima surat itu,
sehingga ia meninggalkan tip besar saat makan siang.
Si pelayan, terkejut melihat jumlah tip itu,
dan mempertaruhkan semua uangnya untuk sebuah undian.
Besoknya ia mengambil uang yang dimenangkannya,
dan memberikan sebagian kepada lelaki di jalan.
Lelaki di jalan itu merasa bersyukur karena sudah 2 hari ia tidak makan.
Setelah ia selesai makan, ia pulang ke kamarnya yang sempit dan kumuh.
Ia tidak tau pada waktu itu bahwa mungkin akan terjadi sesuatu pada malam harinya.
Dalam perjalanan pulang ia memungut anak anjing yang kedinginan,
dan membawanya ke rumah supaya hangat.
Anak anjing itu sangat bersyukur tak lagi di luar didera badai.
Malamnya rumah itu terbakar,
anak anjing itu menggonggong memberi peringatan.
Ia menggonggong hingga seluruh isi rumah terbangun,
dan menyelamatkan seluruh orang di rumah itu dari bahaya.
Salah satu anak yang diselamatkannya tumbuh dewasa menjadi presiden.
Semua ini karena sebuah senyuman,
yang tak membutuhkan satu sen pun.


"Hanya dengan puas dan bersyukur, maka kita dapat merasakan kedamaian di hidup ini."

Filipi 4:4 - "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Berssukacitalah!"

Pay It Forward


Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka, mungkin Film “PAY IT FORWARD” bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain.

Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: “PAY IT FORWARD”

Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya di pinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.

Percobaanpun dimulai :
Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada di rumah mereka, dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor. Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya “PAY IT FORWARD, MOM”

Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi kerumah ibunya (nenek si Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan, “PAY IT FORWARD,MOM”

Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan: “PAY IT FORWARD, SON”.

Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil : “PAY IT FORWARD, SIR”

Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan: “PAY IT FORWARD”

Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah “PAY IT FORWARD” tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.
Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DI SEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.

Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.
Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan di dalam hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada-Nya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: “PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU (Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada di sekitarmu) “

Wednesday, February 8, 2012

"Dan Inipun Akan Berlalu"



Raja Salomo adalah seorang raja yang terkenal dengan kebijaksanaannya. Dan pada suatu hari, sang raja meminta kepada tukang emasnya yang sudah tua renta untuk menuliskan sesuatu di dalam cincinnya. 
Raja berpesan, "Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya."

Berbulan-bulan si tukang emas yang tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang penting untuk ditulis di cincin emas yang kecil itu. Akhirnya setelah berdoa dan berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya kepada sang raja. Dan dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya, "DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU".

Awalnya sang raja tidak terlalu paham dengan apa yang tertulis di sana. Tapi, suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu dan ia pun menjadi lebih tenang, “Dan inipun akan berlalu!”
Dan tatkala ia sedang bersenang-senang, iapun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi rendah hati kembali.
Betul! Ketika Anda sedang punya masalah besar ataupun kondisi sedang terlalu gembira, ingatlah kalimat itu, "Dan inipun akan berlalu" (These too, will pass).

Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan mengantarkan diri kita pada keseimbangan hidup. Tidak ada satupun yang langgeng. Jadi, ketika Anda mempunyai masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih. Tapi tatkala Anda lagi senang, jangan terlalu kelewat senang.

Ingatlah....apapun yang Anda hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.

Pengkotbah 3:1 "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapum di bawah langit ada waktunya."
Begitupun setiap permasalahan kita, akan ada waktunya semua itu akan berakhir...
Percayalah kepada Tuhan!

Monday, February 6, 2012

Buku Renungan "Santapan Rohani" (Recomended)

Mungkin saat ini di hati kecil kalian ada kerinduan untuk mengenal Tuhan lebih lagi.... Mungkin kalian membutuhkan sebuah tuntunan setiap harinya untuk dapat mengenal Tuhan lebih dalam dan mencari penuntun yang dapat mengisi hidup kalian.
Yak!! Berikut ini gue kenalin sebuah buku renungan "Santapan Rohani" atau versi bahasa inggrisnya "Our Daily Bread". Walaupun buku ini hanya sebuah buku renungan harian, tapi buku ini sudah mengubah kehidupan banyak orang.


Buku "Santapan Rohani" ini diterbitkan oleh RBC Ministries dengan berbagai macam jenis bahasa. Mulai dari bahasa Inggris, Indonesia, Mandarin, Jerman, Jepang, India, Spanyol, sampai bahasa-bahasa asing lainnya yang gue sendiri kadang gak kenalin gimana cara baca tulisannya. hahaha....

Anyway, RBC Ministries adalah suatu lembaga yang mempunyai visi untuk melihat orang-orang dari segala bangsa mengalami persekutuan pribadi bersama Kristus, bertumbuh semakin menyerupai Dia, dan melayani di jemaat lokal yang merupakan anggota keluarganya.
Pelayanan RBC ini sudah tersebar di berbagai macam negara dan telah membantu banyak negara dalam pertumbuhan iman kristen di negara mereka. Salah satu contohnya di negara Zimbabwe. Seorang pembaca dari Zimbabwe menulis : "RBC Ministries adalah tempat kami memperoleh meteri-materi rohani." Ia bersyukur bahwa kantor RBC tidak hanya tetap beroperasi di negaranya, tetapi juga meningkatkan penyebaran materi-materi rohani selama terjadinya kesulitan besar di negaranya. Saat ini juga staf RBC di Indonesia sedang mengunjungi Timor Leste utuk memperkenalkan materi-materi RBC kepada umat kristen di sana. 

RBC Indonesia memberikan buku renungan "Santapan Rohani" ini tanpa dipungut biaya!. Buku ini akan dikirim ke alamat kalian setiap 3 bulan sekali (Yang pasti gue juga sudah berlangganan selama setaon terakhir ini dan mereka selalu mengirimkan buku tersebut ke rumah gue... Gue sangat terkesan dengan pelayanan RBC ini, mereka sangat konsisten). Oh iya, mengapa 3 bulan sekali? Karena dalam 1 buku berisi renungan untuk 3 bulan ke depan. Isi renungannya bagus dan mengena untuk kehidupan sehari-hari kita.

Bagi kalian yang mau mendapatkan buku renungan "Santapan Rohani" ini, bisa mengisi formulirnya di sini: FORMULIR BERLANGGANAN
Atau bisa langsung check di websitenya di www.santapanrohani.org
Di dalam website tersebut, kalian juga dapat membaca renungan harian secara online dan mendownload beberapa kotbah yang mereka sediakan.

Mulailah hari-hari kalian dengan persekutuan sederhana bersama Tuhan, dengan cara membaca firmannya dan berdoa. Dari hal-hal kecil tersebut hidup kalian akan diubahkan dan dipakai semakin luar biasa!

Mazmur 119:105 "FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku".

Lukisan Neraka "Kesaksian dari Seorang Gadis Muda Korea"

GAMBARAN TENTANG NERAKA

 "Dimana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam"[Markus 9:48 ]

Lukisan-lukisan dari JURANG MAUT

Seorang seniman muda Korea telah dibawa ke Neraka. Si pelukis telah dibawa ke Neraka oleh Tuhan Yesus Sendiri. Seniman ini telah menghadiri pertemuan doa semalaman pada bulan April 2009 dan terus melakukannya selama ini sudah lebih dari setahun.

Seniman: “Karena saya berdoa sepanjang malam, sekarang saya lebih mampu mengasihi Yesus lebih dari pada sebelumnya” … Suatu hari … Yesus datang dan berkata di dalam hatiku, ”Aku akan menunjukkan kepadamu hal-hal surgawi yang lebih dalam.”  


Saya pikir saya akan mengunjungi sorga, tapi sebaliknya saya telah mengunjungi neraka… Segera sesudah Yesus berbicara ke dalam hati saya, kami masuk ke dalam alam spiritual… Yesus membawa saya dan menunjukkan kepada saya neraka terlebih dahulu…




Lalu saya mulai mendengar suara-suara lenguhan, teriakan dan ratapan…. “Ahhhhhh!!!”

Seniman: “Kebanyakan orang salah mengerti mengenai neraka. Mereka terlena oleh muslihat dan banyak orang berpikir sekedar jika engkau “percaya” tentang Yesus Kristus, sorga akan menjadi tujuan akhirmu. Beberapa orang bahkan berpikir jika mereka meninggal itulah akhir dari segalanya, tidak ada apa-apa lagi.
Banyak orang percaya seperti yang mereka pikirkan. Oleh karena itu mereka menjalani kehidupan mereka sebagaimana yang mereka inginkan…

Yesus membawa banyak orang ke neraka dan menunjukkannya kepada mereka.
Yesus: Aku melihat tak terhitung orang yang sedang jatuh ke dalam lautan api neraka yang dalam setiap hari… Tolong ceritakan kepada orang-orang apa yang telah engkau saksikan di neraka! Engkau harus menceritakan kepada mereka mengenai neraka! Ceritakanlah kepada orang-orang betapa sangat buruk dan sangat mengerikan neraka itu. Engkau harus melukis adegan neraka seperti engkau berada di dalam hati-Ku. Lukiskanlah adegan-adegan itu dengan hati-Ku yang pilu!


Mereka sedang jatuh ke dalam api neraka.



Lukiskanlah itu dengan hatiku yang pilu....

Seniman: Selagi saya melukiskan adegan-adegan neraka, Iblis menyerang saya dengan sangat hebat… tetapi saya ingin meneriakkan kepada dunia dengan hati Yesus melalui lukisan-lukisan ini… Saya ingin menceritakan hati Yesus yang pilu dan betapa Dia sangat kasihan kepada orang-orang yang sedang jatuh
ke dalam neraka setiap hari!


Orang-orang disiksa diatas salib...


Orang-orang yang tidak mau makan Roti Hidup (Firman Tuhan)...



 Orang-orang yang tidak mau membincangkan kehidupan mereka dengan Yesus melainkan membuat keputusan-keputusan mereka sendiri dan mengikuti keinginan mereka sendiri.



Yesus: Tolong katakan kepada orang-orang yang menyakiti hati orang lain dengan kata-kata mereka bahwa mereka tidak boleh menyakiti atau melukai saudara-saudara mereka dalam Kristus. Mereka tidak boleh berkata-kata dengan tidak mempedulikan orang lain.

Berbicara tanpa mempedulikan atau mengasihi...



Hukuman untuk orang yang suka berdusta....


Orang-orang yang mencuri uang atau dana... 
Mereka akan ditikam dengan panah-panah dan/atau ditusuk dengan jarum-jarum.


Penganiayaan terhadap injil.
Separuh pertama dari potret ini menggambarkan setan-setan yang mempengaruhi para penganiaya (orang-orang) untuk menganiaya dan mengusik atau membunuh para pembawa pesan Injil yang benar dan sepenuhnya. 



Beginilah siksaan bagi para pembunuh, pemerkosa, dan penculik anak-anak.

Tempat bagi serangga-serangga terletak di neraka. Bagian neraka ini adalah untuk orang-orang yang melakukan dosa dengan pikiran-pikiran mereka dan bagi mereka yang dipenuhi dengan pikiran dan pengetahuan mereka sendiri. Mereka diselimuti oleh ngengat ngengat yang tak terhitung banyaknya. Seluruh tubuh mereka dilukai oleh serangga-serangga. Ulat-ulat dan serangga-serangga di neraka berukuran jauh lebih besar dari pada yang ada di bumi. Ribuan belatung dan serangga keluar masuk di mulut, telinga dan kepala mereka, merayap di seluruh tubuh mereka!

Orang-orang yang dipenuhi pengetahuan dan pemikiran-pemikiran mereka sendiri.




Bagian neraka ini adalah untuk orang-orang yang bersikeras dengan sudut pandang mereka. Misalnya,
“Mengapa Yesus harus bekerja dalam kehidupan saya atau di dalam saya? Siapakah saya? Saya pikir Dia tidak mengasihi saya.
Saya sangat jahat. Saya pikir Dia tidak akan mengasihi seseorang seperti saya.” Orang-orang yang tidak berusaha menyesuaikan pikiran-pikiran mereka dengan Tuhan akan berakhir di neraka. Kita harus memperbaiki pikiran-pikiran kita menjadi benar.
Ini juga adalah orang-orang yang melanggar Firman Tuhan dan mengacuhkan perintah-perintah Tuhan. Mereka akan digoreng di atas wajan di neraka dengan dibakar oleh api neraka





Neraka ini adalah untuk mereka yang mengeluh dan bersungut-sungut bahkan di dalam hati mereka.


Tempat di neraka ini adalah bagi orang-orang yang mempunyai suatu keluarga tapi telah mengkhianati pasangan-pasangan mereka dan/atau menjadi homo dan/atau biseksual.
 Mereka akan ditusuk dengan pisau-pisau dan tombak.


 Orang-orang yang rusak secaar seksual. Bagian 'pribadi' mereka akan ditikam stiap detik.

 Neraka ini adalah untuk orang-orang yang menyembah berhala-berhala, memiliki pikiran-pikiran jahat dalam kepala mereka dan telah sedemikian keras kepala dengan cara-cara mereka sendiri.


Seorang wanita dan seorang anak laki-laki di dalam lukisan ini adalah ibu dan anak ketika mereka hidup di bumi. Namun karena sakit yang tidak tertanggungkan, mereka tidak mengasihi satu dengan yang lain, tapi berusaha untuk meloloskan diri dari penyiksaan itu dengan melangkahi satu dengan yang lain.


TEMPAT ITU TIDAK BERAKHIR. PENYIKSAAN ITU TIDAK AKAN BERHENTI.
JIKA ENGKAU TIDAK BERTOBAT....

 Yesus sedang berkata... Berfokuslah kepadaKu... Engkau harus berfokus hanya kepadaKu...

Engkau harus membunuh iblis atau setan yang hidup di dalammu...

 IBLIS DARI TV:
Selagi orang-orang menonton film-film dunia yang dipenuhi kekerasan, setan-setan sebenarnya menyiksa jiwa orang itu tanpa orang itu sadari atau ketahui. Selagi seseorang menonton adegan-adegan dari TV, jiwanya disiksa dan disakiti. Jiwa itu dilukai dan dihancurkan.
Menonton TV duniawi sama sekali tidak membantu orang-orang 
Kristen dalam cara manapun untuk membuat kemajuan dalam hubungan kasih mereka dengan Tuhan, Mempelai kita Yesus. Kita bisa menonton sedikit beberapa berita, namun saya mohon, jangan menonton  TV, titik! Amin!!

Seniman:
Selagi Yesus menyaksikan dosa-dosa yang diperbuat oleh seseorang, Dia menangis. Iblis dan setan-setannya akan mengikat tubuh-tubuh dari para pendosa sedemikian erat dengan rantai-rantai besi dan mereka akan mengendalikan kita. Oleh karena itu para pendosa akan masuk lebih dalam dan lebih dalam lagi ke dalam dosa. Saya memohon kepadamu untuk tidak melakukan dosa. Jangan hidup seperti yang engkau inginkan. Di neraka, indera-indera seratus kali lipat lebih peka dari pada yang engkau rasakan di alam jasmani, karena itu sakitnya jauh lebih parah.


REALITA MENGENAI MEROKOK DAN MINUM ALKOHOL:
Roh ular memenuhi minuman-minuman alcohol dan dalam rokok
(Kolose 3:5-6) "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)."


Ini menunjukkan kepada kita apa yang terjadi ketika kita bertobat dan berdoa di hadapan Tuhan, bala tentara malaikat akan turun dan menikam setan-setan itu dengan pedang-pedang mereka.

Jangan pergi ke neraka!!!

2 Petrus 3:9 "...karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."

Sumber: Andreyredwhite.com
 

Blog Template by YummyLolly.com - Sponsored by Free Web Space